Pages

Pendekatan Kognitif

Dalam pembahasan sebelumnya, menurut pendekatan Behaviorisme bahwa perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Sehingga kita dapat dengan mudah membentuk perilaku seseorang, asalkan dapat menciptakan lingkungan yang cocok. Akan tetapi pada kenyataannya, sering kita dapati dalam suatu lingkungan ada saja orang yang menyimpang dari perilaku yang seharusnya terbentuk dari lingkungan tersebut.

Hal ini terjadi karena manusia memiliki motif pribadi dalam berperilaku (Self- Motivated). Dan juga karena terlihat pasifnya manusia. Merupakan sebuah kondisi yang sulit dijawab oleh pendekatan Behavior. Untuk menjawab masalah ini, maka kemudian muncul pendekatan Kognitif.

Kognisi adalah sebutan bagi proses berbagai cara mentransformasikan masukan inderawi, membubuhi kode-kode pada masukan ini, dan menyimpan kode-kode dalam ingatan serta mengambil kembali untuk digunakan jika diperlukan. Persepsi, pembentukan image, pemecahan masalah, ingatan, dan berfikir, semuanya adalah istilah yang menggambarkan fase-fase hipotetik terjadinya kognisi.

Psikologi Kognitif berpendapat bahwa manusia bukan hanya penerima stimuli yang pasif. Mental manusia mengolah informasi yang diterimanya dan mengubahnya menjadi bentuk-bentuk baru dan memilihnya menjadi kategori-kategori.

Pendekatan ini melihat manusia sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir (Homo Sapiens). Perilaku manusia harus dilihat dari konteks nya. Perilaku manusia bukan sekedar hasil dari proses menanggapi stimulus yang diterimanya.

Berbicara mengenai Psikologi Kognitif, tidak akan terlepas dari pembahasan tentang teori konsistensi kognitif yang dikemukakan oleh Leon Festinger dan Fritz Heider. Teori ini mengatakan, bahwa pada dasarnya menusia cenderung mengalami ketegangan (Tension) pada saat kebutuhan psikologisnya belum terpenuhi. Dalam kondisi seperti ini, ia termotivasi untuk mengurangi ketegangan tersebut. Agar tidak terjadi ketegangan, ia berusaha mengoptimalisasi dalam persepsi, perasaan, kognisi, dan pengalamannya.

Misalnya, si A adalah seorang perokok berat. Suatu hari ia merasa terganggu dengan berita di surat kabar yang menyatakan bahwa rokok sangat berbahaya dan menjadi penyebab kematian nomor satu. Membaca berita tersebut menyebabkan ketegangan (tension). A ingin berhenti merokok, namun itu sudah menjadi kebiasaan yang sangat sulit dihentikan. Apa yang harus dilakukannya? Tentu tak mau lama-lama tegang. Ia segera mencari informasi lanjutan. Setelah informasi diterima, ia memiliki beberapa pilihan keputusan, diantaranya :

  1. Berhenti merokok sama sekali.
  2. Terus merokok dengan alasan bahwa penelitian tentang rokok itu bisa saja salah atau tidak valid.
  3. Terus merokok dengan alasan bahwa dokter keluarga mereka juga merokok.
  4. Terus merokok dengan filter.

Uraian diatas menunjukan bahwa psikologi kognitif berusaha meneliti proses-proses mental dengan menggunakan cara-cara yang objektif dan llmiah.

Sumber : BMP Psikologi Komunikasi.
Author : Sentot