Pages

Ramadhan, Sebuah Fenomena

Bulan ramadhan, bagi umat muslim adalah bulan kesempatan. Kesempatan untuk memperbaiki jasmani dan rohani. Dibulan ini, jasmani kita akan di evaluasi dan dilatih kembali mengikuti sebuah ritme tertentu. Mulai dari pola makan, pola tidur sampai pola aktivitas lainnya. Secara rohani, jiwa kita akan di gembleng dengan amalan-amalan ibadah yang di anjurkan didalamnya. Bagi golongan yang taat, kita akan dituntun menuju jalan takwa. Karena itulah tujuan kita berpuasa, beribadah di bulan penuh berkah ini.

Disisi lain, sudah menjadi budaya bahwa datangnya bulan ini disambut juga dengan kebutuhan-kebutuhan spesial. Mempersiapkan momen spesial dengan istilah munggahanya, biasanya diisi dengan kumpul bersama keluarga, ziarah ke makam keluarga dan lain sebagainya. Permintaan kebutuhan bahan makanan pun meningkat selama bulan ini. Penyajian menu-menu spesial untuk makan sahur dan berbuka sepertinya sudah menjadi keharusan. 

Meningkatnya permintaan akan kebutuhan pangan inilah yang akan meningkatkan harga-harga di pasaran jika tidak di imbangi dengan peningkatan supply yang memadai. Orang-orang akan berlomba-lomba membeli barang sebanyak-banyaknya, sedangkan persediaan di pasar tidak mengalami peningkatan yang memadai. Secara otomatis, harga pun ikut merangkak naik agar semua orang yang mau dan mampu membeli mendapat bagian. Secara tidak langasung, kenaikan harga ini akan berfungsi sebagai sistem penjatahan dalam distribusi dipasar. Hal ini mungkin di benci oleh masyarakat sebagai konsumen, akan tetapi kondisi ini bukan juga harapan dan keinginan para pedagang atau penjual. 

Lalu, bagaimanakah langkah terbaik untuk mengantisipasi kondisi ini ? Memang diperlukan langkah-langkah antisipasi yang tepat, karena masyarakat kecil lah yang paling terkena imbasnya. 

Jika dilihat dari sisi mekanisme pasar, mungkin ini merupakan suatu kondisi yang normal. Secara umum, fenomena ini tidak dapat dikatakan/ disebut inflasi, karena kenaikannya bersifat sementara. Artinya, jika permintaan akan barang kembali ke keadaan normal, maka harga pun akan kembali normal pula. Untuk kasus bulan Ramadhan, biasanya permintaan akan barang dan jasa meningkat hanya selama bulan Ramadhan dan menjelang lebaran saja. 

Akan tetapi, jika dilihat secara sosial kemasyarakatan, hal ini dapat menjadi masalah. Mungkin bagi kalangan menengah ke atas tidak menjadi masalah, karena mereka tetap mampu membelinya. Namun bagi kalangan bawah, kenaikan harga barang, berarti menurunnya daya beli mereka. Oleh karena itu, diperlukan solusi agar kenaikan yang terjadi tidak terlalu tinggi. 

Dalam hal ini yang menjadi masalah utamanya adalah supply/persediaan di pasar yang tidak mampu merespon peningkatan permintaan. Sehingga hal-hal yang mempengaruhi lancar dan cukupnya persediaan harus di perhatikan. Harus ada pihak yang mengawasi dan memberi kebijakan didalamnya. Dalam hal ini yang memiliki peran penting adalah pemerintah. Harus ada tindakan tegas dari pemerintah terhadap pihak-pihak yang menghambat kelancaran persedian barang di pasar, misalnya jika ada pedagang-pedagang nakal yang berusaha menimbun barang-barang dagangannya. Selain itu, pemerintah juga harus mampu menjamin ketersediaan persediaan barang-barang yang diperlukan di pasar.

Terakhir, semoga pemerintah kita tetap dapat menjadi pengawas yang adil dalam menanggapi fenomena pasar ini. Bagi kita, mari kita sambut bulan penuh berkah ini dengan kebersihan hati dan keteguhan iman sehingga keikhlasan dalam menjalaninya dapat kita laksanakan. Semoga kita di beri kekuatan dalam menjalaninya, sehingga kita menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa kepada Allah SWT, sesuai tujuan dari ibadah puasa itu sendiri. Amiin...

Author : Sentot

Hakikat Ikhlas

Seseorang berkata : "Ya Tuhanku, janganlah engkau menyiksaku karena saya telah mengakui segala perbuatanku. Betapa terhinanya aku dihadapan manusia akan tetapi engkau selalu memiliki nikmat dan kebaikan untukku. Orang mengiraku baik padahal aku adalah manusia terburuk jika tanpa ampunan-Mu."

Betapa banyak yang menyerukan untuk mengingat Allah sedangkan ia sendiri melupakan Allah. Betapa banyak yang menyerukan untuk takut kepada Allah akan tetapi ia sendiri lancang kepada Allah. Betapa banyak yang membaca kitab Allah akan tetapi ia sendiri jauh dari ayat-ayat Allah. Betapa banyak yang menyerukan untuk dekat dengan Allah akan tetapi ia sendiri jauh dari Allah.

Rasulullah bersabda dari Ka'ab bin malik r.a. : "Barang siapa yang menuntut ilmu untuk menyaingi ulama atau untuk mendebat orang-orang bodoh untuk merendahkannya atau untuk memalingkan wajah manusia kepadanya maka tempatnya di Neraka" (Tirmidzi 3/32 no.2654)

Maka Ikhlas adalah rahasia diterimanya amal bahkan rahasia agar Allah membuka hati manusia menerima seruan da'i. Lalu apa itu Ikhlas ?

Ikhlas adalah pemurnian amal. Sama halnya amal itu lahir maupun batin. Perbuatan anggota badan atau aktifitas hati. Pemurnian amal dengan niat baik dari segala bentuk kesyirikan.

Allah berfirman : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam agama yang lurus" (Al Bayyin : 5)

"Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholeh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam ibadah kepada Tuhannya." (Al Kahfi : 110)

Dari Abu Hurairah r.a. : Aku telah mendengar Rasulullah Shollallahu'alaihi wassalam bersabda: "Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : 'Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Ia menjawab : 'Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.' Allah berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. 

Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur-an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: 'Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?' Ia menjawab: 'Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca al-Qur-an hanyalah karena engkau.' Allah berkata : 'Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang 'alim (yang berilmu) dan engkau membaca al-Qur-an supaya dikatakan seorang qari' (pembaca al-Qur-an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. 

Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : 'Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Dia menjawab : 'Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.' Allah berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka." (HR Muslim)

Coba bayangkan bahwa seorang alim, kemudian orang yang membaca Al Qur'an dan seorang yang terbunuh di medan perang serta orang yang menginfaqan hartanya yang diberikan Allah kepadanya akan tetapi setelah itu mereka kemudian diseret wajahnya sampai dilemparkan kedalam neraka. Mengapa demikian ?

"Wahai orang-orang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (Ash Shaf : 1-2)

Maka hendaklah setiap pribadi bertanya pada dirinya sendiri. Mengapa aku menuntut ilmu? Untuk siapa aku menuntut ilmu? Apakah karena Allah atau karena golonganku? Apakah untuk tujuanku, atau untuk diriku sendiri, atau bahkan untuk hawa nafsuku saja? Apakah karena kedudukan? atau karena harta yang pasti sirna?

Bertanyalah pada dirimu! Kenapa saya datang ? Kenapa saya masuk? Kenapa saya keluar? Kenapa saya duduk? Kenapa saya berdiri? Kenapa saya marah? Kenapa saya tersenyum? Kenapa saya memberi? Kenapa saya menolak? Kenapa saya mendukung? Kenapa saya memusuhi? dan hendaklah setiap insan menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini pada dirinya.

Ini sangatlah penting, terkadang sebuah amal dipandang manusia sangat agung akan tetapi disisi Allah sangatlah hina, tidak ada nilainya. Dan terkadang sebuah amal yang dipandang manusia sangat hina akan tetapi disisi Allah sangat mulia. Sebab pelakunya melakukannya karena mengharap wajah Allah subhanahu wata'ala.

Ahlussunnah Wal Jamaah

Sunnah secara bahasa adalah sebuah jalan yang diikuti, sebuah jalan dimana orang-orang berjalan diatasnya, sebuah konsep yang diikuti, sebuah kebiasaan/ketetapan yang tidak berubah sejak dahulu. Sunnah memiliki makna yang banyak dari segi bahasa tergantung konteks dimana kata sunnah digunakan. 

Dalam sisi syariat istilah sunnah ada dua makna yaitu sunnah dari sisi Fiqih (hukum) yakni hukum berkenaan sesuatu hal seperti wajib, sunnah, makruh, dan lainnya. Sunnah dari sisi fiqih ini bermakna bahwa apabila dikerjakan maka akan berpahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa akan tetapi merugi. Sedang makna sunnah dari sisi ushul atau makna sunnah yang umum yakni sunnah bermakna "Seluruh ajaran rasul semasa hidupnya" dimulai dari kerasulan dimana masa dakwah rasul adalah 23 tahun hingga wafatnya, 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah.

Seluruh ajaran rasul diriwayatkan melalui para sahabat dan diteruskan turun temurun hingga sampai pada hari ini yang kita kenal dengan Hadits. Pada hari ini kita mengetahui bentuk agama dari hadits-hadits tersebut sehingga dengan kata lain makna sunnah yakni seluruh ajaran rasul semasa hidupnya yang diriwayatkan kepada para sahabat dan diteruskan turun-temurun hingga hari ini kita dapat mengenal bentuk agama, maka sunnah maknanya sama dengan syariat agama.

Sehingga ahlusunnah adalah suatu kaum yang senantiasa mengikuti ajaran rasul dan "tidak yang lain". Ini adalah bentuk ketaatan kepada rasul, sedangkan mengerjakan sesuatu dalam agama yang tidak diajarkan rasul adalah bentuk dari pengingkaran terhadap rasul.

Maka sunnah secara umum terbagi menjadi 3 yaitu :

  1. Segala apa-apa yang dikatakan rasul yang diriwayatkan dalam hadits.
  2. Segala apa-apa yang dilakukan atau dikerjakan rasul dimana para sahabat melihatnya yang diriwayatkan dalam hadits.
  3. Segala apa-apa yang diputuskan oleh rasul semasa hidupnya yang diriwayatkan dalam hadits.
Lalu siapakah ahlussunnah ?

Mereka adalah kaum yang senantiasa mendekatkan aqidahnya, amalannya, ibadah-ibadahnya kepada apa yang disampaikan rasul saja. Mereka adalah kaum yang siap memperbaiki dirinya, kaum yang siap berkata bahwa ternyata perbuatanku selama ini adalah keliru dan tidak sesuai dengan apa yang diajarkan rasul dan aku siap memperbaiki diri mengikuti apa-apa yang diajarkan rasul dan istiqamah dijalannya.

Do'a dan Ikhtiar

Bismillahirrohmanirohim..

Alhamdulillah suma alhamdulillah, sahabat yang di mulikan Alloh SWT. Hubungan Doa dan ikhtiar, Do’a sendiri dapat diartikan sebagai harapan ataupun permohonan, dan ikhtiar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu keinginan. Do’a dan ikhtiar haruslah berjalan secara harmonis.



Karena bila kita hanya berdo’a tanpa iktiar hasilnya akan sia-sia, begitupun sebaliknya iktiar tanpa berdo’a maka akan sia-sia hasilnya. Ada satu contoh yang bisa menjadi tauladan bagi kita,yaitu kisah Siti Hajar. Ketika Nabi Ibrahim AS, akan menempatkan istri dan putranya yang masih bayi, yakni Siti Hajar dan Ismail di suatu lembah yang di kenal dengan sebutan Bakkah,istrinya berkata, “Allahhuamaraka bi haadza (Apakah ini perintah Alloh)? “Ibrahim menjawab, “Ya.” Mendengar jawaban ini, Istrinya Berkata, “Kalau begitu aku merasa tenang karena aku yakin Alloh tidak akan meninggalkanku.”



Lembah Bakkah adalah suatu tempat yang tidak memiliki pepohonan maupun sumber air. Tanahnya gersang,tidak ada tanda-tanda kehidupan. Alloh menggambarkannya dalam surat Ibrahim ayat 37 dengan ungkapan “biwaadindziizar’in “, artinya “Lembah yang tidak ada pepohonan”. Kalimat ini menunjukan bahwa tempat tersebut secara lahiriah bisa menyebabkan kematian.



Tidak lama setelah Nabi Ibrahim AS meninggalkannya,Siti Hajr melihat Ismail menangis kehausan. Hajar berikhtiar mencari sumber air, ia berlari kebukit shafa karena terlihat seperti ada genangan air, ternyata tidak ada apa-apa, karena itu hanyalah fatamorgana. Hajar menoleh kebelakang, ia melihat lagi seperti ada genangan air di bukit Marwah, ia pun berlari menuju tempat itu, ternyata tidak menemukan apa-apa, itu dan kembali itu hanya fatamorgana.



Hajar tidak putus asa, ia bola-balik antara bukit safa dan marwah sampai merasakan kelelahan yang luarbiasa. Akhirnya, ia kembali menghampiri putranya yang terus menerus menangis, dan Subhanalloh ternyata dari dekat kaki putranya meronta keluar mata air yang sangat jernih sampai sekarang air itu masih terus mengalir, kita mengenalnya dengan sumur Zamzam.



Sahabat kita bisa ambil hikmah dari peristiwa ini, peristiwa ini mengajarkan pada kita semua bahwa keyakinan akan pertolongan Alloh, do’a serta ikhtiar merupakan tiga hal yang tidak akan bisa terpisahkan. Dalam setiap keadaan sesulit apapun keadaan yang kita hadapi, harus selalu berprasangka bailk kepada Alloh swt, bahwa Alloh akan selalu menolong hambanya karena janji Alloh “siapa yang menjaga agamaku maka akan kujaga mereka” jadi jangan takut kita tidak di tolong Alloh swt, selama kita ada di jalan yang Alloh meridhoinya, karena Alloh adalah satu-satunya dzat atau sumber pengharapan dan tempat kita berpasrah diri.



Dan jangan lupa, do’a yang tulus harus dibarengi dengan ikhtiar yang tidak henti, usaha yang tidak lelah, dan kerja keras yang tidak pernah padam. Siti hajar pun yakin Alloh akan menolongnya, Namun ia tidak berpangku tangan menunggu pertolongan tersebut. Siti hajar berlari bolak balik dari shafaa ke marwah, dari marwah ke shafa, ia kerahkan segala daya dan usaha  untuk mendapat apa yang di carinya.



Berusahalah kemu maka Alloh dan rosul-nya serta orang-orang beriman akan melihat usahamu (Q.S. At-Taubah 9:105)



Alloh tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan bila mana kita sudah berikhtiar dan berdo’a, tetapi ternyata tidak membuahkan hasil seperti yang kita inginkan, yakni bahwa dibalik semua kegagalan ini pasti ada hikmah yang lebih baik. Boleh jadi kita membenci sesuatu, tapi diballik itu ada hikmah kebaikan bagi kita. Sebaliknya boleh jadi kita menyukai sesuatu, tetapi dibalik itu ada keburukan. Terus berperasangka baik kepadanya”, karena Tuhanmu lebih tau yang terbaik untuk dirimu, ketimbang dirimu sendiri…”


“Undzurmaaqoola,walaatandzur man qoola”.
Wassalam..

Author : Al-muqri Asir ZA

Sayonara Masa Lalu

Seperti fatamorgana di siang yang terik, kenangan itu masih jelas tergambar dalam sayup-sayup fikiran yang tak jelas terarah. Iya aku punya kenangan dan tentu semua orang punya itu, aku tahu betul. Tapi jauh dimasa lampau yang pernah dilalui, kenangan itu tak selamanya manis, terkadang ada terasa pahit, menggetarkan kembali hati dan menyentuh sisi senstif dalam batin. 

Tidak banyak yang bisa menguasai hati,ketika kenangan pahit teringat kembali, hanya ada kepedihan. Disaat masa lalu kembali membuat hati kacau maka segeralah ingat kepada Sang Maha Membolak-balikan hati, ya istighfar berdzikir sebut asmaNya. 

Tiadalah berguna jika terus terjebak dalam jaring-jaring kenangan kepedihan, hanya akan ada ketakutan yang merajai, dan mengkerdilkan segalanya, ingat bahwa diri ini tidak berjalan sendirian, lanjutkanlah mimpi-mimpi luarbiasa yang pernah dirangkai dalam sebuah angan yang tinggi.

Selalu berdampingan kenyataan nya memang begitu, ada kepedihan maka ada kenangan yang manis. Ingatan yang bisa membuathati terbuai, menyusup kembali dalam fikiran dan mencari-cari celah yang masih ada, muncul kembali kepermukaan hati dan bermuara pada fikiran yang terlena. Terlena dengan ingatan bersama orang-orang yang berkesan : teman sekolah dulu,keluarga, sahabat, kekasih, tempat-tempat dengan sejuta filosofi dan hanya diri ini yang bisa menterjemahkannya, atau masih banyak sekali memori yang menuangkan kemanisannya, selanjutnya diri ini berandai-andai ingin kembali kemasa indah itu, Maka istighfar ingat kembali kepada Sang Maha Keindahan, air tak bisa mengalir ke atas begitupun roda teruslah berputar, tidak mungkin bisa kembali lagi ke masa lalu yang terasa manis itu.

Semua itu hanyalah masa lalu, jika kenangan pedih mulai menguasai hati maka hanya mengingat Alloh diri ini akan kembali menjadi tenang, berfikir bijak dan jadikan sebagai batu loncatan agar jiwa mampu mengatasi semua kesulitan jika memori tersebut menyapa lagi dimasa nanti, atau mungkin bertakdir kembali dalam kehidupan, maka diri tau solusinya jiwa ada dalam level yang berbeda kali ini.

Begitupun kenangan yang manis jika ia bertamu maka ucapkanlah salam perpisahan, jangan biarkan ia berkubang pada kedalaman nurani, persiapkan diri lebih baik, tak usah berbalik, hanya akan membuat hati tercabik. Perbanyaklah syukur masih diberikan umur jangan menjadi seorang yang kufur. Songsonglah masa depan yang penuh rahasia dan keajaiban.

Author : Yunar Ratnawati

Evaluasi, motivasi hidup

Didalam kehidupan sosial bermasyarakat, berpendapat/ memiliki pendapat akan suatu hal adalah suatu hal yang normal. Baik diberi kebebasan ataupun tidak, setiap individu pasti memiliki pendapat. Dalam melihat suatu masalah, setiap manusia memiliki sudut pandang masing-masing. Jadi sangatlah wajar jika seringkali kita menyaksikan perbedaan pandangan terhadap sebuah persoalan yang sama.

Seseorang akan mempertahankan pandangannya dengan segala cara agar diakui oleh orang lain. Berusaha mematahkan pendapat orang lain dengan berbagai argumentasi, mencari pembenaran bahwa orang lain salah. Disisi lain, lawan bicarapun melakukan hal serupa, bersikeras bahwa pandangannya lah yang paling benar. Maka terjadi adu argumentasi, saling menyerang dengan berbagai pertanyaan menjebak dan bertahan dengan pernyataan sangkalan. Semua sumberdaya akan dikeluarkan demi menumbangkan lawan. Mulai dari data empiris, analisis logis, sampai bualan angan-angan dikerahkan. Bahkan tidak jarang, yang awalnya hanya berdebat argumentasi berujung pada adu kekuatan fisik. 

Jika kepalan tangan sudah berbicara, maka kesepakatan/ kesepahaman akan jauh dari kata tercapai. Dalam kondisi ini semuanya berada dalam posisi kalah. Kedua belah pihak akan mengalami kerugian, kerugian materi maupun non materi. Pihak yang teraniaya menganggap pihak lain selalu merasa menang sendiri, paling benar, kejam dan otoriter. Sedangkan “sang pemenang” beranggapan pihak lain bodoh, tidak dapat memahami sesuatu hal yang benar, dan pantas untuk di intimidasi. Tapi apakah semuanya selesai setelahnya ?

Namun, jika kesepahaman yang di dapatkan, maka semuanya ada dalam posisi menang. Pihak yang memiliki pendapat yang kurang tepat akan memiliki pandangan baru dan memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah terjadi. Di lain pihak, akan memahami bahwa setiap orang memiliki sudut pandang yang belum tentu sama dengan cara pandangnya. Pemahaman baru juga akan didapatnya. Dan keharmonisan akan tercapai. 

Perbedaan pendapat dan keberagaman pandangan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Maka sudah sepantasnyalah jika harus ada evaluasi didalam setiap pandangan kita. Evaluasi diperlukan agar kita tidak selalu merasa paling benar dalam suatu masalah, dan evaluasi dibutuhkan saat pandangan kita akan suatu hal berbenturan dengan pandangan orang lain. Kita perlu menilai secara objektif pernyataan mana yang paling tepat.

Evaluasi dapat muncul dari diri sendiri melalui pengalaman, pengamatan dan pembelajaran. Evaluasi juga bisa didapatkan dari orang-orang di sekitar kita. Jadi, mari kita evaluasi diri kita untuk menjadi lebih baik. Buka diri sehingga mampu memahami pengetahuan yang datang dari pandangan-pandangan disekitar kita. Berhenti sejenak untuk merenungi semua pengalaman dan pengamatan yang sudah kita dapatkan dari pengalaman sehingga pelajaran akan didapat. Terakhir, mari kita belajar untuk saling memahami, agar menjadi insan yang berguna bagi orang lain.

Author : Sentot

Tentang Sahabat

Bismillah, Khaifa khalukh nih everybody? Masih semangat? Loyo? Lelah? Tapi sempetin baca mh tiasa meureun ah^^ Cekidot kita mulai pembahasannya ya :)

Mungkin bagi semua orang memiliki sahabat itu suatu hal yang ajaib. Ajaib karena kita sendiri yang mampu merasakan efek baik maupun buruknya. Apalagi jika kita dapati sahabat yang baik, baik sikap ataupun tabi'at. Mungkin itulah yang dinamakan awesome tea. Kenapa? Yap, karena mencari dan memiliki sahabat di era sekarang bukanlah hal mudah, susah ya apalagi melihat pergaulan di zaman yang semakin menjadi-jadi seperti ini tuh seperti mencari semut hitam di batu hitam kitanya pake kacamata hitam pula :'(

Nah kira-kira sahabat baik itu seperti apa ya? Hmm markitbaskit mari kita bahas sedikit..

Semua orang pasti memiliki sahabat, ada yang seRT mungkin bisa muncul langsung hilang atau ada yang cuma satu tapi awet luar biasa. Ada yang awalnya musuh kemudian menjadi akrab dan solid atau malah awalnya sahabat tetapi karena perbedaan prinsip dan pendapat di usia dewasa menjadikan jarak di antara kita. Please, jangan baper bacanya atulah ya hehe..

Kriteria sahabat yang kamu punya seperti apa sih gais?
Punya syarat-syarat yang harus terpenuhi, khusus, komplitkah? Atau cuma nyaman adil dan makmur *eh

Dalam hadits di katakan, Dari Nu’man bin Basyir r.a., Rasulullah SAW bersabda, "Perumpamaan persaudaraan kaum muslimin dalam cinta dan kasih sayang di antara mereka adalah seumpama satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh sakit maka mengakibatkan seluruh tubuh menjadi demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Muslim)


Nah betapa indahnya persaudaraan diantara persahabatan yang Nabi kita ungkapkan, bisa jadi saat kita terpuruk hampir tumbang tertiup angin malah pingsan seorang sahabat bisa menjadi obat. Maksudnya dia mengerti betul kondisi kita dalam jatuh dan bangkitnya, dalam duka dan bahagianya, dalam sukses dan terpurukya :')

Tapi kita juga harus bisa melakukan hal yang sama pada sahabat kita agar persahabatan bukan sekedar status di dunia tapi d akhirat dan di pandangan Allah pun persahabatan kita menjadi pahala dan berkah untuk kita rasakan untuk kita dapatkan :)

“Seorang Muslim adalah saudara muslim lainnya, ia tidak menzaliminya, merendahkannya, menyerahkan (kepada musuh) dan tidak menghinakannya.” (HR. Muslim)

“Teman yang paling baik adalah apabila kamu melihat wajahnya, kamu teringat akan Allah, mendengar kata-katanya menambahkan ilmu agama, melihat gerak-geriknya teringat mati.”

Nah udah jelas kan sahabat itu seperti layaknya jodoh, kamu pasti bertemu jika sudah waktunya. Berpisah pun jika sudah waktunya. Tapi ingat Allah pasti punya tujuan yang luar biasa di balik pertemuan dan perpisahan itu :)

Mungkin cukup sekian pebahasan yang bisa saya sampaikan, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika ada salah kata.

Karena 1 musuh itu terlalu banyak dan 1000 sahabat itu terlalu sedikit^^

Allahu a'lam..

Author : Yani Setianengsih

Pentingnya Ilmu Untuk Beribadah

Saat terlahir kedunia, tidak ada apapun yang melekat pada tubuh kita. Terbaring tidak berdaya, polos, telanjang tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh. Kemampuan yang dimiliki hanya satu, menangis dengan keras. Bahkan saat sekeliling kita tertawa bahagia. 

Akan tetapi, dalam ketidak berdayaannya itu sebetulnya kita telah dibekali alat super canggih untuk mengisi kekosongan pemahaman kita akan kehidupan dunia. Alat itu adalah pendengaran, penglihatan, dan hati. Kita memiliki dua bola mata yang dengannya hamparan luas kehidupan dapat dilihat. Mempunyai dua daun telinga yang dapat menangkap frekuensi-frekuensi nada dunia menjadi dendang indah dunia fana. Semuanya akan menjadi input bagi akal kita, disimpan didalam sebuah memori yang memiliki kapasitas seluas semesta. Di rubah menjadi sebuah data yang sewaktu-waktu akan dipanggil untuk diproses oleh ruang-ruang logik dalam menghadapi problematika kehidupan. Yang terpenting, didalam diri kita ada hati/ kalbu yang terpupuk didalamnya iman. Hati yang akan menuntun setiap perilaku kita agar sesuai dengan nilai-nilai keimanan yang akan menuntun kejalan yang lurus.

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut Ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan DIA memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS.An Nahl (16) : 78)

Pada dasarnya kita dilahirkan ke dunia tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Beribadah sesuai ketentuan-ketentuannya, yang diajarkan didalam Al-Qur’an dan Sunnah. Diperlukan pemahaman agar ibadah dan setiap langkah kita tidak menyimpang dari jalan yang lurus. Pendengaran, penglihatan, dan hati lah yang akan menjadi bekal dan alat dalam mengarungi samudera ilmu nan maha luas. Dengannya kita dapat memahami apa yang kita imani, apa yang ada di dalam diri dan apa yang terkandung di alam ini. Kita dapat meneguk manisnya menimba ilmu dengan membaca, mengamati alam semesta dan melakukan perjalanan di atas Bumi. Kita juga diberi keluasan waktu dari pertama kali kita melihat dunia sampai liang lahad menyongsong kita menyambut pelabuhan dunia abadi.

Ilmu adalah sangat penting bagi kita, karena tanpanya dapat rusak amal ibadah kita. Jadi kawan, mari kita gali lagi semangat kita dalam menuntut ilmu dalam memperluas pemahaman kita agar ada pelita yang menerangi kegelapan kebodohan kita. Terkahir, semoga tulisan ini bermanfaat, buat penulis, pembaca dan semuanya…

Author : Sentot