Pages

Lakon Kehidupan

Kehidupan adalah sebuah anugerah  yang tidak bisa dinominalkan nilainya. Saking berharga arti dari sebuah kehidupan banyak orang rela mempertaruhkan segala macam cara agar ia layak untuk hidup. Cara yang ditempuh pun tak tanggung-tanggung membuat hati sontak menjerit, diluar nalar dan akal sehat, yang menyebabkan lembah kemaksiatan semakin banyak didapati.

Mungkin tidak sedikit orang yang menerjemahkan arti sebuah kehidupan kedalam kesenangan yang sia-sia, ataupun untuk sebagian lagi kehidupan pantas untuk dihormati, jika dilihat jalurnya maka outputnya pun akan jauh berbeda : akan menjadi sebuah kelayakan nanti pada waktunya, atau  akan menjadi sebuah penyesalan yang tiada bertepi.

Kehidupanpun tidak selalu seperti dalam cerita dongeng dengan ending yang membahagiakan, ia tergantung kita bagaimana melakoni setiap naskah didalamnya, akankah menjadi protagonis dengan sejuta pesona kebaikannya, atau sang antagonis dengan keburukan yang ia tebarkan.

Pada intinya kita yang akan memilih lakon apa yang akan diperankan, dan untuk sang protagonis siap-siap ia menerima bahwa sang pembawa kebaikan tidaklah mudah, banyak halang rintang yang akan dilalui, sabar serta solatlah sebagai pegangannya. Juga bagi sang antagonis tidaklah usah berbangga diri akan keburukannya, kesenangan dan kesia-siaan pasti ia dapati didunia. Tapi tunggulah sampai waktu yang berpihak nanti, semua perkara akan ada balasannya, maka bertobatlah.



(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Lukman : 16)

Bila ditelisiki lagi kehidupan bukanlah perkara yang sembarangan, sadarilah ketika angin berhembus menyapa setiap bagian dari diri kita disaat itulah hidup perlu disyukuri, dan disaat yang lain tengah berjuang dengan setiap detik hidupnya, disaat itu pula lah kita tersadar bahwa hidup ini sangatlah berharga. Ia sekali hadir dan tidak bisa kita untuk menyia-nyiakannya. 

Maka bagaimana cara membuat hidup agar lebih berkualitas? jawabannya sudah mutlak : beruswah atau mengikuti sunnah yang rasul ajarkan, berada pada jalan yang benar yaitu jalan yang lurus jalan orang-orang yang Alloh ridhoi, jauh dari fitnah syahwat dan syubhat.

Maka selamat berperan kepada siapa saja yang sedang memainkan drama yang sesungguhya. Hidup yang berarti ialah ketika kita mampu memberikan yang terbaik untuk setiap detik perjalanannya, Hidup yang bermanfaat ialah ketika kita bisa berperan penting bagi kehidupan orang sekitar kita.

Wallohu’alam bisawwab.

Author : Yunar ratnawati

Celah Syaitan

Mereka Syaitan menyimpangkan manusia dengan 2 fitnah yaitu fitnah syahwat dan syubhat. Allah telah menurunkan Al Qur'an serta diutusnya rasul-rasul sehingga jelaslah jalan yang lurus yaitu jalan yang benar-benar jelas, yaitu jalan dimana kita mengetahui mana yang benar dan salah.

Mereka syaitan tidak menginginkan manusia berada dijalan tersebut sehingga mereka menyimpangkan manusia kearah kiri dengan syahwat dan kearah kanan dengan syubhat. Mereka berusaha agar supaya manusia tidak menelusuri jalan tengah yaitu jalan yang lurus atau berada digaris lurus. Namun usaha syaitan tersebut akan sia-sia terhadap manusia-manusia yang bertaqwa, taat menjalankan petunjuk Allah, mereka ikhlas menjalankan agamanya, tidak pernah menoleh kebelakang, tidak menghiraukan apa-apa yang menghalangi jalannya terhadap kebenaran serta beristiqamah dijalannya.

Sifat manusia adalah mencintai syahwat yaitu Wanita, anak-anak, perhiasan, kendaraan, hewan-hewan ternak, ladang. Jika manusia lebih taat kepada hal-hal tersebut daripada mentaati Allah dan rasulnya, maka sesungguhnya ia telah menyimpang kearah kiri daripada jalan yang lurus.

Fitnah terbesar bagi ummat ini adalah fitnah dari wanita. Wanita bisa menjadi fitnah terbesar bagi ummat manusia. Syaitan sering kali menjerumuskan manusia kedalam fitnah syahwat dengan perangai wanita. Namun disisi lain meskipun wanita menjadi ujian terberat ummat, akan tetapi apabila wanita itu bertaqwa, maka ia akan menjadi sebaik-baiknya perhiasan dunia, yang harus dijaga dan dilindungi dengan sebaik-baiknya.

Wanita Allah ciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Jika kita hendak meluruskannya niscaya ia akan patah dan jika kita membiarkannya niscaya ia tetap bengkok. Pada hakikatnya wanita itu memang berbeda dengan laki-laki dimana Allah jadikan bagi laki-laki akal yang lurus sedangkan wanita lebih cenderung bengkot. Namun justru disitulah kesempurnaan wanita, mereka manja, kadang seperti kekanak-kanakan, cemburuan dan memang begitulah kesempurnaan wanita karena jika tidak demikian maka tidaklah ia disebut wanita. Apa jadinya jika sikap wanita itu selalu benar, tepat, bijaksana, tegas? jelas laki-laki tidak akan pernah nyaman bersama seorang wanita.

Maka janganlah menyalahkan wanita karena sifat dan perilaku mereka. Hendaknya seorang laki-laki berbuat baik kepada seorang wanita dan hendaknya seorang laki-laki membengkokan dirinya terhadap wanita. Seorang wanita tidak mungkin menjadi bijaksana, tegas, tegar dan lainnya sehingga laki-laki Allah ciptakan dengan akal yang lurus juga mampu menyesuaikan dirinya. Maka laki-laki yang baik, ia akan mampu berlaku manja, cemburu, terkadang merendahkan dirinya untuk menyenangkan seorang wanita atau istrinya.

Diantara fitnah syubhat adalah kekufuran, kemunafikan, melakukan bid'ah dan mengikuti hawa nafsu yang terjadi diantara manusia. Inilah fitnah yang cenderung kita tidak menyadari akan kehadirannya dalam diri kita.

Katakanlah : Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya”. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya perbuatan. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Allah, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat." (QS Al-Kahfi : 103-105)

Dan kita menyadari bahwa saat ini fitnah syubhat sudah merasuk kedalam ummat dengan perpecahan, fanatisme kelompok hingga disebutkan nabi akan terbagi menjadi 73 kelompok dan menjadi peringatan keras bagi ummat, bahwa seluruh kelompok tersebut akan berada di neraka kecuali satu kelompok saja, yaitu kelompok yang berada diatas apa yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya ada padanya.

Itulah jalan yang lurus, manhaj nya salafus shalih, jalannya generasi terbaik ummat dimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya.” HR. Bukhari (2652), Muslim (2533)

Allah berfirman : Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (An-Nisa : 115)

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah : 100)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat) agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu al-Jama’ah.”

Shahih, HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimi (II/241), al-Ajurri dalam asy-Syarii’ah, al-Lalikai dalam as-Sunnah (I/113 no. 150). Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dari Mu’a-wiyah bin Abi Sufyan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan hadits ini shahih masyhur. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 203-204)

“Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para Sahabatku berjalan di atasnya.” 

Hasan, HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dan al-Hakim (I/129) dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiihul Jaami’ (no. 5343)

“Barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka ia akan melihat perselisihan yang banyak, oleh sebab itu wajib bagi kalian berpegang dengan sunnahku dan Sunnah Khulafaaur Rasyidin (para khalifah) yang mendapat petunjuk sepeninggalku, pegang teguh Sunnah itu, dan gigitlah dia dengan geraham-geraham, dan hendaklah kalian hati-hati dari perkara-perkara baru (dalam agama) karena sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat” 

Shahih, HR. Abu Daud (4607), Tirmidzi (2676), dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ (1184, 2549)

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, juga pernah berkata :

“Barang siapa di antara kalian ingin mncontoh, maka hendaklah mencontoh orang yang telah wafat, yaitu para Shahabat Rasulullah, karena orang yang masih hidup tidak akan aman dari fitnah, Adapun mereka yang telah wafat, merekalah para Sahabat Rasulullah, mereka adalah ummat yang terbaik saat itu, mereka paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling baik keadaannya. Mereka adalah kaum yang dipilih Allah untuk menemani Nabi-Nya, dan menegakkan agama-Nya, maka kenalilah keutamaan mereka, dan ikutilah jejak mereka, karena sesungguhnya mereka berada di atas jalan yang lurus.” 

Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/97)

Fakta Unik Menguap

Berapa kalikah kita menguap dalam sehari ? pernahkan hari kita di lalui tanpa menguap ? mungkin selama hidup kita selalu ada aktifitas menguap didalamnya. Menguap merupakan salah satu aktifitas tubuh dalam merespon suatu kondisi. Gejala paling umum saat seseorang menguap adalah karena mengantuk atau kurang istirahat. Akan tetapi apakah benar, kita menguap saat kita mengantuk saja?

Beberapa riset menunjukan menguap tidak hanya terjadi saat kita lelah, aktifitas menguap juga tidak selalu dilakukan saat tubuh kekurangan oksigen. Adapula teori yang menyatakan bahwa rasa bosan juga dapat meningkatkan aktifitas menguap.

Ada juga yang mengatakan jika aktifitas menguap itu menular. Apakah ini hanya mitos? Menurut profesor Robert Provine seorang psikolog dan neuroscience dari universitas Maryland, penularan aktifitas menguap bukanlah suatu gejala yang aneh, karena beberapa reaksi manusiawi lainnya juga dapat menular. Misalnya saat seseorang tertawa, ada potensi orang-orang disekitarnya juga akan ikut tertawa. 

Sebuah studi juga menemukan bahwa ketika ditampilan video menguap, sekitar 50% penontonnya juga mulai ikut menguap. Jadi kesimpulannya bahwa menguap itu menular adalah benar.

Fakta lain tentang menguap adalah menguap dapat mengindikasikan jika ada masalah dalam tubuh kita. Hal umum yang terjadi adalah saat kita lelah atau kurang tidur, tapi menguap juga dapat menandakan ada masalah di jantung kita. Sehingga saat terjadi aktifitas menguap secara berlebihan, disitulah kita perlu waspada.

Saat menguap, juga terjadi perubahan fisiologis didalam tubuh kita sebelum, selama dan setelahnya. Sebuah studi mengatakan, denyut jantung akan meningkat secara signifikan sekurang-kurangnya selama 6 detik.

Sumber : www.nationalgeographic.co.id

Author : Sentot

Do'a adalah Ibadah

Bismillahirrahmanirrahiim, Sahabat yang dimuliakan Allah, ketika memohon atau meminta sesuatu kepada Allah, yakni yang kita sering sebut dengan do’a. Do’a disebutkan dalam al-qur’an dengan beberapa makna.

Pertama ; Do’a bermakna permintaan, sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut.

Dan tuhanmu berfirman, ”Berdo’alah kepadaku, niscahya akan kuperkenankan bagimu.sesungguuhnya orang-orang yang menyombongkan diri dar menyembahku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina” (Q.S.Al mu’min 40:60).

Makna dari kata berdo’alah kepadaku, pada ayat ini adalah “memintalah kepadaku”.

Kedua ; Do’a bermakna permohonan, seperti dijelaskan pada ayat berikut.

Berdo’alah kepada tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”(Q.S. Al A’raf 7:55).

Pada ayat ini Allah memerintahkan agar kita berdo’a dengan merendahkan diri.

Ketiga ; Do’a bermakna panggilan, hal ini dijelaskan dalam ayat berikut.

”Yaitu pada hari dia memanggil kamu,lalu kamu mematuhinya sambil memujinya dan kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam kecuali sebentar saja”(Q.S. Al Isro 17:52).

Pada ayat ini, Allah menggunakakn kata yad’uuna yang artinya “memanggil”.

Keempat ; Do’a bermakna pujian, seperti disebutkan dalam ayat berikut.

Katakanlah, ”Seruan Allah atau serulah Ar-Rahman, dengan nama yang mana saja kamu seru, dan dia mempunyai al asmaaul husna dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.”(Q.S Al Isro 17:110).

Ayat ini memberi arahan bahwa kalau kita berdo’a sebaiknya diawali dengan asmaul husna yang merupakan pujian kepada Allah. Sehingga do’a bisa diartikan dengan pujian. Do’a pula merupakan ibadah, bahkan intisari pengabdian kepada Allah. Sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat :

Nabi shollallahu'alaihi wasallam bersabda, "Do’a adalah ibadah.” (HR.bukhari). 

Dikatakan pula “do’a itu otak dari ibadah” (HR.tarmidzi).

Maka sebaiknya, perbanyaklah berdo’a dimanapun dan kapanpun, karena berdo’a tidak ada aturan mengenai waktu, walaupun ada waktu-waktu yang paling baik untuk berdo’a yaitu :
  • Sepertiga akhir malam.
  • Tengah malam dan setelah shalat fardlu.
  • Pada saat lapang.
  • Ketika sujud.
  • Pada hari jum’at.
  • Antara adzan dan iqomah.
  • Pada hari araafah ( 9 Dzulhijjah ).
Do’a menduduki peranan penting dalama islam, peranan do’a yaitu; Alloh swt, sangat mencintai orang-orang yang rajin berdo’a, do’a merupakan ekspresi kerendahan hati seorang hamba dihadapan tuhanya. Do’a merupakan ekspresi kedekatan seorang hambanya dengan tuhannya dan do’a merupakan senjata orang beriman. 

Keyakinan akan pertolongan Allah, do’a, serta ikhtiar, merupakan tiga hal yang tidak bisa terpisahkan. setiap saat, sesulit apapun situasi yang dihadapi, dan berbaik sangkalah kepada Allah, karena dia tidak akan pernah meninggalkan hambanya yang beriman. 

Do’a adalah berhadapan hati dengan Allah, walaupun kita tahu bahwa Allah maha mengetahui, alangkah baiknya jika kita mempelajari bahasa hati(qolbu) sehingga “pertemuan” kita dengannya akan terasa lebih indah. Dan bilamana do’a yang diiringi dengan kerendahan hati dan penuh harapan akan menambah kedekatan diri kita dengan Allah sehingga akan menumbuhkan rasa cinta kepada Allah. Karena kebahagian hakiki adalah saat cinta kepada Allah diatas segala-galanya. Dan semoga bisa lebih bersemangat lagi dalam berdo’a dan lebih merendahkan diri pada sang ilahi. 

“Undzur maa qoola, walaa tandzur man qoola”. Wassalam..

Author : Al-muqri Asir ZA

Colenak

Colenak alias “dicocol enak” nyaeta mangrupikeun salah sawios kadaharan urang sunda nu tos moal nyalahan kana raos na jeung pelem na eta colenak. Ahh kacida wee pami urang sunda khusus na urang bandung teu terang naon nu nami na colenak mah.

Colenak teh nyaeta kadaharan nu kawit na tina peuyeum sampeu nu dibeuleum terus dibanjur ku samara antawis gula beureum nu leehkeun dicampurkeun sareng parudan kalapa. Saupami teu lepat mah kapungkur aya nu nami na kang murdi nyaeta salah saurang nu icalan colenak sisi jalan daerah cicadas atanapi di sisi jalan ahmad yani kota bandung.

Ninggal kana sajarah na ieu colenak, kapungkur na mah colenak teh nami na “peuyeum digulaan”. Mung kumargi beuki kadieu, langkung seueur nu sedep kana colenak nya tos tangtos langkung seueur oge nu ngagaleuh. Diantawis seueur na eta nu sok ngagaleuhan, aya salah sawios palanggan nu masihan saran yen eta nu nami “peuyeum bandung” teh gentos ku “colenak” nu hartos na dicocol enak.

Tahh, ku kiwari mah colenak teh teu mung saukur dibanjur ku gula nu dicampur sareng kalapa hungkul, tapi aya oge nu nganggo kadu, nangka. Supados tiasa ngiring kana kamajuan jaman saur na mah. 

Kumargi kitu urang salaku urang sunda, kedah tiasa ngajaga sareng ngariksa naon nu tos janten ciri tradisi urang sunda, boh eta dina kadaharan na, dina kasenian na, dina bahasa na, jeung sagala rupi nu mangrupikeun ciri tradisi urang salarea.

Mung sakitu nu tiasa kapihatur, hamputen anu kasuhun hampura anu kateda bilih aya babasaan nu kirang mernah kana manah.

Kritik sareng saran na mangga diantos. Hatur nuhun.

Author : Hamdani

Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

Berbagai pendekatan dalam meneliti perilaku manusia yang sudah kita bahas dalam postingan-postingan sebelumnya, memberikan kesimpulan bahwa ada faktor-faktor yang memang berpengaruh terhadap perilaku manusia. Misalnya saja, saat rasa lapar menyerang, maka naluri (insting) akan menuntun kita untuk mencari makanan dan makan sampai kenyang untuk menghilangkan rasa lapar tersebut. Akan tetapi, apakah hanya rasa lapar saja yang dapat menuntun kita untuk makan ? ternyata tidak, sebagai contoh saat teman kita mengajak makan bersama, tentu saja untuk menghormatinya kita ikut makan walaupun sebenarnya sudah kenyang.

Contoh di atas menjelaskan bahwa ada dua faktor utama yang berpengaruh terhadap perilaku manusia, yaitu faktor-faktor yang bersifat personal dan faktor-faktor yang bersifat situasional. Faktor-faktor personal adalah faktor yang bersifat dari dalam diri seseorang berupa insting yang menentukan tindakan apa yang akan dilakukan oleh seseorang terhadap kondisi tertentu. Jadi dalam hal ini, dalam suatu kondisi yang sama seseorang dapat berperilaku berbeda dengan perilaku umum atau perilaku orang yang lainnya. Dengan kata lain, lingkungan memiliki pengaruh yang kecil secara umum.

Sedangkan faktor situasional adalah pengaruh lingkungan terhadap perilaku manusia secara umum. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin sering melihat atau bahkan mengalami sendiri bagaimana situasi yang berbeda-beda akan mempengaruhi tindakan kita. Ketika mengikuti pengajian di masjid misalnya, kita begitu khusyuk dan bersemangat untuk menegakkan perintah agama. Tetapi begitu keluar dari masjid, masuk kedalam rutinitas kerja sehari-hari, sering kali kita lupa dan melakukan hal-hal yang justru dilarang agama.

Pandangan tersebut membentuk dua kubu yang berbeda, di satu sisi berpendapat bahwa faktor personal lah yang paling berpengaruh terhadap perilaku manusia. Sisi lainnya mengatakan jika faktor situasional dan sosial lah yang paling menentukan dalam membentuk perilaku individu. Namun jika kita perhatikan, kedua-duanya memiliki peranan penting untuk menjelaskan berbagai bentuk perilaku manusia.

Author : Sentot

Hebat Sejak Muda

“Berikan aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda niscaya akan kuguncang dunia” (IR. Soekarno)

Begitulah kiasan yang menggambarkan sosok pemuda. Sebegitu hebatnya pengaruh pemuda terhadap keberlangsungan umat dan Negara. Pemuda merupakan sebuah symbol kebanggaan, jika generasi mudanya baik maka umat dan Negara adalah baik, jika generasi mudanya buruk maka umat dan Negara adalah suram. Maka pemuda merupakan unsur penting dalam Negara.

Banyak pemuda sekarang yang terpengaruh oleh perkembangan telekomunikasi yang semakin canggih menyebabkan sebagian pemuda kehilangan moral, krisis iman, hingga hilangnya tanggung jawab akan sosok generasi muda yang diharapkan. Seolah acuh tak acuh akan lingkungan sekitar, hilangnya rasa hormat, nurani dikesampingkan, ego diutamakan. Bahaya subhat dan syahwat seperti pergaulan bebas, obat-obatan terlarang, kekerasan dan lain hal yang merugikan diri banyak sekali dijumpai dalam pergaulan pemuda sekarang.

Pemuda yang berbekal akan keilmuan dan keimanan yang dibutuhkan oleh umat sekarang. Sosok yang bisa diharapkan untuk kemajuan umat, maka pentingnya pemuda dibekali akan pendidikan ilmu agama, keterampilan dan kreatifitas, akhlak yang mulia beserta pergaulan yang baik atau memilih teman yang baik.

Ada tujuh golongan, Allah menaungi mereka di bawah naungan-Nya, pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya; Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan penuh ketaatan kepada Allah, laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling berkasih-sayang di jalan Allah, keduanya bertemu karena-Nya dan berpisah karena-Nya, dan laki-laki yang diajak oleh wanita bangsawan lagi cantik (untuk melakukan maksiat), maka ia menjawab: Sesungguhnya aku takut kepada Allah dan laki-laki yang bersedekah lalu disembunyikannya sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan tangan kanannya dan laki-laki yang mengingat Allah di kesunyian (malam) sampai ia meneteskan air mata”. (HR Al Bukhary no 629 dan Muslim no 1031).   
Generasi muda sekarang merupakan pemimpin esok hari, pemuda yang tumbuh dalam kesuburan iman dan taqwa kepada Alloh merupakan satu dari tujuh golongan yang akan dinaungi dihari kiamat nanti. Keimanan yang melekat pada diri merupakan sebuah pondasi yang dapat membantu sebagai cahaya ditengah gelapnya zaman, serta segala macam situasi terhimpit yang datang disikapi dengan sabar dan betawakal kepada Alloh. 

Dari Amr bin Maimun, Rasulullah memberikan nasihat kepada seorang laki-laki : "Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara; masa muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelu miskin, luang sebelum sempit dan hidup sebelum mati" [HR. Al Hakim]

Gunakan masa mudamu sebelum menyesal dihari tua nanti. Maka latihlah diri untuk jadi pemuda yang hebat sejak muda, masa muda kaya akan potensi, penuh dengan ide yang terang benderang, semangat yang berpijar-pijar, serta setumpuk aktvitas yang berguna, sadarilah gali semua potensi yang ada pada diri jadilah jiwa muda yang bersemangat dan bermanfaat. Selagi muda lakukanlah hal yang dapat berguna bagi kemaslahatan umat. 

Wallahua’lam bissawab.

Author : Yunar Ratnawati

Pendekatan Humanistik

Pendekatan Humanistik sering disebut angkatan ke empat dalam psikologi. Pendekatan ini lahir di Amerika, dimasa saat itu kondisi masyarakat kelas menengah tengah menikmati kemakmuran material, akan tetapi menderita kekosongan spiritual.

Pada kenyataannya, pendekatan-pendekatan psikologi sebelumnya belum berhasil mendeskripsikan perilaku manusia secara menyeluruh. Pendekatan behaviorisme manusia memang sering kali dipengaruhi oleh lingkungan, namun mereka juga mampu untuk bertindak berbeda dengan lingkungannya. Kita juga sering kali menunjukan naluri primitif kita yang seperti hewan sebagaimana dinyatakan psikoanalisis, tapi pada saat yang sama kita juga memiliki rasa peduli dan kasih sayang terhadap sesama. Kita bisa terus sibuk berfikir seperti  yang dinyatakan oleh psikologi kognitif, namun pada saat yang sama kita juga ingin mengetahui dan diakui eksistensi diri kita serta apa yang sebenarnya paling kita dambakan dalam hidup ini.

Dalam pandangan psikologi humanistik, setiap manusia hidup dalam pengalaman pribadinya yang unik. Sehingga tidak akan ada satu manusiapun yang memiliki pengalaman yang sama persis. Dalam hal ini, manusia dipandang sebagai Homo Ludens (manusia bermain).

Pendekatan ini berpendapat, manusia bukanlah seperti wayang yang sibuk mencari identitas, namun manusia juga berupaya mencari makna dalam setiap sisi kehidupannya serta mencari apa yang dapat diberikan terhadap lingkungannya. Berdasarkan hal ini, Carl Rogers mengatakan : “kecenderungan batiniah manusia adalah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi normal, ia berprilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri “. Aktualisasi diri disini berarti mewujudkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Sesuai dengan kondisi saat lahirnya, pendekatan ini merupakan penampakan sosial dari upaya manusi untuk membina hati dan tubuh yang bijak sebagaimana jiwa yang bijak, sehingga kekosongan spiritual dalam jiwa dapat terisi. Penekanan pendekatan ini bukanlah pada kepuasan materi semata, tapi lebih dari itu, penekanan juga bertumpu pada kreatifitas, vitalitas emosi, eutentisitas, dan pencarian makna.

Psikologi Humanistik berpendapat bahwa manusia bebas untuk memilih dan menentukan tindakannya sendiri. Oleh karena itu, setiap orang bertanggung jawab atas tindakannya sendiri dan tidak dapat menyalahkan lingkungan, orang tua atau keadaan atas tindakannya. Konsepsi Humanistik atas manusia ini berkembang oleh para filsuf eksistensialis (seperti Kiekergaard, Nietzshe, Sartre). Pandangan ini menggaris bawahi kualitas-kualitas manusia yang membedakan manusia dari hewan, terutama dalam kebebasan berkehendak dan dorongan untuk aktualisasi diri.

Menurut pendekatan ini, motivasi utama seseorang adalah kecenderungan untuk tumbuh dan mengaktualisasi diri. Setiap orang mempunyai kebutuhan untuk mengembangkan potensi diri sepenuhnya, untuk maju melebihi keadaan yang telah dicapai sekarang. Ia mungkin tidak tahu jalur yang harus dilalui agar dapat tumbuh dan mungkin pula ia terhalang oleh berbagai macam hambatan lingkungan dan budaya, tetapi kecenderungan wajarnya mengarah pada aktualisasi potenso-potensinya. (Sukadji, 1986).

Dasar yang menjadi tumpuan pendekatan ini adalah : keunikan manusia, pentingnya nilai dan makna, dan kemampuan manusia untuk mengembangkan diri. Jadi pendekatan ini menilai manusia tidak digerakan oleh kekuatan luar yang tidak dapat dikontrolnya, tetapi manusia adalah pemeran yang mampu mengontrol nasib sendiri dan mampu mengubah dunia disekelilingnya.

Perhatian utama psikologi Humanistik adalah pengalaman subjektif perorangan. Persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri maupun terhadap dunianya lebih penting untuk diteliti daripada studi mengenai tindakannya. Bahkan dengan pandangan demikian beberapa humanis menolak psikologi ilmiah dan mengatakan bahwa metode-metode ilmiah tidak penting artinya bagi pemahaman sifat –sifat manusia.

Sumber : BMP Psikologi Komunikasi
Author : Sentot

Siapa yang bersalah?

Pada postingan sebelumnya telah kita bahas tentang bagaimana seorang anak akan menirukan tingkah laku dan prilaku setiap orang-orang yang ada di sekitarnya. Dan bisa diibaratkan bagai spons yang menyerap air yang berada di sekitar spons tersebut tanpa melihat air itu kotor atau tidak. Oleh karena itu diutamakan kepada orang tua dan para pendidik lainnya agar bisa menciptakan suasana lingkungan yang positif.

Namun pada kenyataanya dalam sebuah lingkungan, terutama dalam lingkungan bermasyarakan pasti akan bertemu dengan suasana lingkungan negatif. Maka dari itu lah peran dari orang tua untuk mendidik, mengarahkan, memberi pengertian bahwa tindakan seseorang yang ada pada lingkungannya itu adalah hal negatif yang tidak boleh dilakukan atau hal positif yang perlu ditiru.

Disinilah permasalahan yang sebenarnya sering terjadi, yaitu soal mendidik anak. Pada jaman sekarang banyak yang berfikir bahwa urusan mendidik anak dan memberikan pelajaran pada anak adalah tugas dari para guru yang berada di sekolah. Sehingga mereka memfokuskan perhatian mereka kepada  pekerjaan mereka dan mungkin hanya sesekali atau bahkan tidak sama sekali memperhatikan, membimbing dan mengarahkan tentang apa yang dipelajari sang anak ketika anak berada di sekolah.

Sudah banyak sekali contoh yang didapatkan yang diambil langsung dari para guru di sekolah, terutama guru-guru yang berada pada tingkat sekolah dasar(SD). Dari sekian banyak siswa / siswi yang cenderung kurang baik, baik itu dari segi perilaku ataupun dari nilai akademik yang didapatkan, rata-rata adalah siswa / siswi yang kurang perhatian, bimbingan dari orang tua mereka saat berada di lingkungan keluarganya sendiri.

Bahkan tidak sedikit pula orang tua yang hanya melihat hasil atau nilai akhir dari apa yang selama anak bersekolah tanpa memperhatikan bagaimana proses sang anak sampai mendapatkan hasil atau nilai akhir yang dilaporkan kepada mereka.

Ketika anak pada kemudian hari menjadi seorang yang gagal, masihkah orang tua menyalahkan pihak sekolah atau pihak-pihak lainnya?

Wallahu a’lam bishsawab.

Author : Hamdani

Baiah Utsman bin affan

Dari 'Amru bin Maimun berkata; Aku melihat 'Umar bin Al Khaththab radliallahu 'anhu di Madinah beberapa hari sebelum dia ditikam. Ia berdiri di hadapan Hudzaifah bin Al Yaman dan 'Utsman bin Hunaif. 

'Umar bertanya; "Bagaimana yang kalian berdua kerjakan?. Apakah kalian berdua khawatir membebani penduduk Sawad (yang mereka terkena pajak) dengan sesuatu yang melebihi kemampuannya?. 

Keduanya menjawab; "Kami membebaninya dengan kebijakan yang sesuai kemampuannya, tidak ada kelebihan beban yang besar". 

'Umar berkata; "Jika Allah Subhaanahu wa Ta'ala menyelamatkan aku, tentu akan kubiarkan janda-janda penduduk 'Iraq tidak membutuhkabn seorang laki-laki setelah aku untuk selama-lamanya". 

Perawi berkata; "Setelah pembicaraan itu, 'Umar tidak melewati hari-hari kecuali hanya sampai hari ke empat semenjak dia terkena mushibah (tikaman). 

Perawi ('Amru) berkata; "Aku berdiri dan tidak ada seorangpun antara aku dan dia kecuali 'Abdullah bin 'Abbas pada Shubuh hari saat 'Umar terkena mushibah. Shubuh itu, 'Umar hendak memimpin shalat dengan melewati barisan shaf lalu berkata; "Luruskanlah shaf". Ketika dia sudah tidak melihat lagi pada jama'ah ada celah-celah dalam barisan shaf tersebut, maka 'Umar maju lalu bertakbir. Sepertinya dia membaca surat Yusuf atau an-Nahl atau seperti surat itu pada raka'at pertama hingga memungkinkan semua orang bergabung dalam shalat. Ketika aku tidak mendengar sesuatu darinya kecuali ucapan takbir tiba-tiba terdengar dia berteriak; "Ada orang yang membunuhku, atau katanya; "seekor anjing telah menerkamku", rupanya ada seseorang yang menikamnya dengan sebilah pisau bermata dua. Penikam itu tidaklah melewati orang-orang di sebelah kanan atau kirinya melainkan dia menikamnya pula hingga dia telah menikam sebanyak tiga belas orang yang mengakibatkan tujuh orang diantaranya meninggal dunia. Ketika seseorang dari kaum muslimin melihat kejadian itu, dia melemparkan baju mantelnya dan tepat mengenai si pembunuh itu. Dan ketika dia menyadari bahwa dia musti tertangkap (tak lagi bisa menghindar), dia bunuh diri. 'Umar memegang tangan 'Abdur Rahman bin 'Auf lalu menariknya ke depan. Siapa saja orang yang berada dekat dengan 'Umar pasti dapat melihat apa yang aku lihat. Adapun orang-orang yang berada di sudut-sudut masjid, mereka tidak mengetahui peristiwa yang terjadi, selain hanya tidak mendengar suara 'Umar. Mereka berkata; "Subhaanalah, Subhaanalah (maha suci Allah) ". Maka 'Abdur Rahman melanjutkan shalat jama'ah secara ringan.

Setelah shalat selesai, 'Umar bertanya; "Wahai Ibnu 'Abbas, lihatlah siapa yang telah membunuhku". 

Ibnu 'Abbas berkeliling sesaat lalu kembali dan berkata; "Budaknya Al Mughirah". 

'Umar bertanya; "O, si budak yang pandai membuat pisau itu?. 

Ibnu 'Abbas menjawab; "Ya benar". 

'Umar berkata; "Semoga Allah membunuhnya, sungguh aku telah memerintahkan dia berbuat ma'ruf (kebaikan). Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan kematianku di tangan orang yang mengaku beragama Islam. Sungguh dahulu kamu dan bapakmu suka bila orang kafir non arab banyak berkeliaran di Madinah. 

'Abbas adalah orang yang paling banyak memiliki budak. Ibnu 'Abbas berkata; "Jika anda menghendaki, aku akan kerjakan apapun. Maksudku, jika kamu menghendaki kami akan membunuhnya". 

'Umar berkata; "Kamu berbohong, (sebab mana boleh kalian membunuhnya) padahal mereka telah telanjur bicara dengan bahasa kalian, shalat menghadap qiblat kalian dan naik haji seperti haji kalian". 

Kemudian 'Umar dibawa ke rumahnya dan kami ikut menyertainya. Saat itu orang-orang seakan-akan  tidak pernah terkena mushibah seperti hari itu sebelumnya. Diantara mereka ada yang berkata; "Dia tidak apa-apa". Dan ada juga yang berkata; "Aku sangat mengkhawatirkan nasibnya". Kemudian 'Umar disuguhkan anggur lalu dia memakannya namun makanan itu keluar lewat perutnya. Kemudian diberi susu lalu diapun meminumnya lagi namun susu itu keluar melalui lukanya. Akhirnya orang-orang menyadari bahwa 'Umar segera akan meninggal dunia. Maka kami pun masuk menjenguknya lalu diikuti oleh orang-orang yang datang dan memujinya. 

Tiba-tiba datang seorang pemuda seraya berkata; "Berbahagialah anda, wahai Amirul Mu'minin dengan kabar gembira dari Allah untuk anda karena telah hidup dengan mendampingi (menjadi shahabat) Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan yang terdahulu menerima Islam berupa ilmu yang anda ketahui. Lalu anda diberi kepercayaan menjadi pemimpin dan anda telah menjalankannya  dengan adil lalu anda mati syahid". 

'Umar berkata; "Aku sudah merasa senang jika masa kekhilafahanku berakhir netral, aku tidak terkena dosa dan juga tidak mendapat pahala." 

Ketika pemuda itu berlalu, tampak pakaiannya menyentuh tanah, maka 'Umar berkata; "Bawa kembali pemuda itu kepadaku". 'Umar berkata kepadanya; "Wahai anak saudaraku, angkatlah pakaianmu karena yang demikian itu lebih mengawetkan pakaianmu dan lebih membuatmu taqwa kepada Rabbmu. Wahai 'Abdullah bin 'Umar, lihatlah berapa jumlah hutang yang menjadi kewajibanku". 

Maka mereka menghitungnya dan mendapatan hasilnya bahwa hutangnya sebesar delapan puluh enam ribu atau sekitar itu. 'Umar berkata; "Jika harta keluarga 'Umar mencukupi bayarlah hutang itu dengan harta mereka. Namun apabila tidak mencukupi maka mintalah kepada Bani 'Adiy bin Ka'ab. Dan apabila harta mereka masih tidak mencukupi, maka mintalah kepada masyarakat Quraisy dan jangan mengesampingkan mereka dengan meminta kepada selain mereka lalu lunasilah hutangku dengan harta-harta itu. Temuilah 'Aisyah, Ummul Mu'minin radliallahu 'anha, dan sampaikan salam dari 'Umar dan jangan kalian katakan dari Amirul Muminin karena hari ini bagi kaum mu'minin aku bukan lagi sebagai pemimpin dan katakan bahwa 'Umar bin Al Khaththab meminta izin untuk dikuburkan di samping kedua shahabatnya". 

Maka 'Abdullah bin 'Umar memberi salam, meminta izin lalu masuk menemui 'Aisyah radliallahu 'anha. Ternyata 'Abdullah bin 'Umar mendapatkan 'Aisyah radliallahu 'anha sedang menangis. Lalu dia berkata; "'Umar bin Al Khathtab menyampaikan salam buat anda dan meminta ijin agar boleh dikuburkan disamping kedua sahabatnya (Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Abu Bakr radliallahu 'anhu) ". 

'Aisyah radliallahu 'anha berkata; "Sebenarnya aku juga menginginkan hal itu untuk diriku namun hari ini aku tidak akan lebih mementingkan diriku". 

Ketika 'Abdullah bin 'Umar kembali, dikatakan kepada 'Umar; "Ini dia, 'Abdullah bin 'Umar sudah datang". Maka 'Umar berkata; "Angkatlah aku". Maka seorang laki-laki datang menopangnya. 'Umar bertanya: "Berita apa yang kamu bawa?". Ibnu 'Umar menjawab; "Berita yang anda sukai, wahai Amirul Mu'minin. 'Aisyah telah mengizinkan anda". 'Umar berkata; "Alhamdu lillah. Tidak ada sesuatu yang paling penting bagiku selain hal itu. Jika aku telah meninggal, bawalah jasadku kepadanya dan sampaikan salamku lalu katakan bahwa 'Umar bin Al Khaththab meminta izin. Jka dia mengizinkan maka masukkanlah aku (kuburkan) namun bila dia menolak maka kembalikanlah jasadku ke kuburan Kaum Muslimin. 

Kemudian Hafshah, Ummul Mu'minin datang dan beberapa wanita ikut bersamanya. Tatkala kami melihatnya, kami segera berdiri. Hafshah kemudian mendekat kepada 'Umar lalu dia menangis sejenak. Kemudian beberapa orang laki-laki meminta izin masuk, maka Hafshah masuk ke kamar karena ada orang yang mau masuk. Maka kami dapat mendengar tangisan Hafshah dari balik kamar. 

Orang-orang itu berkata; "Berilah wasiat, wahai Amirul Mu'minin. Tentukanlah pengganti anda". 

'Umar berkata; "Aku tidak menemukan orang yang paling berhak atas urusan ini daripada mereka atau segolongam mereka yang ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam wafat beliau ridla kepada mereka. 

Maka dia menyebut nama 'Ali, 'Utsman, Az Zubair, Thalhah, Sa'ad dan 'Abdur Rahman. Selanjutnya dia berkata; "'Abdullah bin 'Umar akan menjadi saksi atas kalian. Namun dia tidak punya peran dalam urusan ini, dan tugas itu hanya sebagai bentuk penghibur baginya. Jika kepemimpinan jatuh ketangan Sa'ad, maka dialah pemimpin urusan ini. Namun apabila bukan dia, maka mintalah bantuan dengannya. Dan siapa saja diantara kalian yang diserahi urusan ini sebagai pemimpin maka aku tidak akan memecatnya karena alasan lemah atau berkhiyanat". 

Selanjutnya 'Umar berkata; "Aku berwasiat kepada khalifah sesudahku agar memahami hak-hak kaum Muhajirin dan menjaga kehormatan mereka. Aku juga berwasiat kepadanya agar selalu berbuat baik kepada Kaum Anshar yang telah menempati negeri (Madinah) ini dan telah beriman sebelum kedatangan mereka (kaum Muhajirin) agar menerima orang baik, dan memaafkan orang yang keliru dari kalangan mereka. Dan aku juga berwasiat kepadanya agar berbuat baik kepada seluruh penduduk kota ini karena mereka adalah para pembela Islam dan telah menyumbangkan harta (untuk Islam) dan telah bersikap keras terhadap musuh. Dan janganlah mengambil dari mereka kecuali harta lebih mereka dengan kerelaan mereka. Aku juga berwasiat agar berbuat baik kepada orang-orang Arab Badui karena mereka adalah nenek moyang bangsa Arab dan perintis Islam, dan agar diambil dari mereka bukan harta pilihan (utama) mereka (sebagai zakat) lalu dikembalikan (disalurkan) untuk orang-orang fakir dari kalangan mereka. Dan aku juga berwasiat kepadanya agar menunaikan perjanjian kepada ahlu Dzimmah (Warga non muslim yang wajib terkena pajak), yaitu orang-orang yang dibawah perlindungan Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam (asalkan membayar pajak) dan mereka (ahlu dzimmah) yang berniyat memerangi harus diperangi, mereka juga tidak boleh dibebani selain sebatas kemampuan mereka". 

Ketika 'Umar sudah menghembuskan nafas, kami keluar membawanya lalu kami berangkat dengan berjalan. 'Abdullah bin 'Umar mengucapkan salam (kepada 'Aisyah radliallahu 'anha) lalu berkata; "'Umar bin Al Khaththab meminta izin". 

'Aisyah radliallahu 'anha berkata; "Masukkanlah". 

Maka jasad 'Umar dimasukkan ke dalam liang lahad dan diletakkan berdampingan dengan kedua shahabatnya. Setelah selesai menguburkan jenazah 'Umar, orang-orang (yang telah ditunjuk untuk mencari pengganti khalifah) berkumpul. 

'Abdur Rahman bin 'Auf berkata; "Jadikanlah urusan kalian ini kepada tiga orang diantara kalian. 

Maka Az Zubair berkata; "Aku serahkan urusanku kepada 'Ali. 

Sementara Thalhah berkata; "Aku serahkan urusanku kepada 'Utsman. 

Sedangkan Sa'ad berkata; "Aku serahkan urusanku kepada 'Abdur Rahman bin 'Auf. 

Kemudian 'Abdur Rahman bin 'Auf berkata; "Siapa diantara kalian berdua yang mau melepaskan urusan ini maka kami akan serahkan kepada yang satunya lagi, Allah dan Islam akan mengawasinya Sungguh seseorang dapat melihat siapa yang terbaik diantara mereka menurut pandangannya sendiri. 

Dua pembesar ('Utsman dan 'Ali) terdiam. Lalu 'Abdur Rahman berkata; "Apakah kalian menyerahkan urusan ini kepadaku. Allah tentu mengawasiku dan aku tidak akan semena-mena dalam memilih siapa yang terbaik diantara kalian". 

Keduanya berkata; "Baiklah". Maka 'Abdur Rahman memegang tangan salah seorang dari keduanya seraya berkata; "Engkau adalah kerabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan dari kalangan pendahulu dalam Islam (senior) sebagaimana yang kamu ketahui dan Allah akan mengawasimu. Seandainya aku serahkan urusan ini kepadamu tentu kamu akan berbuat adil dan seandainya aku serahkan urusan ini kepada 'Utsman tentu kamu akan mendengar dan menta'atinya". 

Kemudian dia berbicara menyendiri dengan 'Utsman dan berkata sebagaimana yang dikatakannya kepada 'Ali. Ketika dia mengambil perjanjian bai'at, 'Abdur Rahman berkata; "Angkatlah tanganmu wahai 'Utsman". 

Maka Abdur Rahman membai'at 'Utsman lalu 'Ali ikut membai'atnya kemudian para penduduk masuk untuk membai'at 'Utsman". 

HR shahih Bukhari

Author : Jamal

Relationship

Yanti dan Riska adalah dua orang sahabat yang tidak terpisahkan, dimana ada Yanti pasti disitu ada Riska. Begitu dekatnya sampai-sampai teman-temannya bilang satu paket. Yanti berfikir Riska adalah sahabat sejatinya, tidak ada apapun yang dapat memisahkan mereka apapun yang terjadi, begitu pun Riska. Akan tetapi malang tak dapat di tolak untung tak dapat di raih, persahabatan yang sudah mereka bangun sejak SMP hancur tanpa bekas oleh sebuah pengkhianatan, setidaknya itu yang dirasakan oleh Yanti. Riska, sahabat karibnya, orang yang sudah dianggap saudara sendiri ternyata tega merebut kekasihnya. Baskoro, yang sudah berpacaran dengan Yanti selama kurang lebih 2 tahun memutuskannya dan memilih jalan dan menikah dengan Riska. Hancur hati Yanti saat itu, selama ini ia rela berbagi apaun dengan Riska sahabatnya, tapi tidak untuk yang ini. Rasa saling memiliki, saling berbagi yang selama ini terus bersemi seketika berubah menjadi benci tiada tepi…

Sebuah contoh dalam kehidupan, mungkin cerita di atas hanya cerita fiktif akan tetapi mungkin juga di antara kita ada yang pernah mengalaminya.

Sebuah hubungan baik itu pacaran, persahabatan, kekeluargaan atau apapun itu tidak akan lepas dari yang namanya masalah. Masalah yang memiliki potensi untuk memutuskan hubungan tersebut. Hubungan dalam keluargapun yang note bene kita sudah saling kenal seumur hidup kita, tidak akan pernah lepas dari masalah. Apalagi hubungan-hubungan dengan orang lain yang ibaratnya hanya baru kemarin sore kita saling kenal.

Jika dalam suatu hubungan hanya masalah saja yang akan di temui, lalu untuk apa kita saling berhubungan dengan orang lain ?, apa untungnya kita memiliki teman, saudara, ataupun sahabat jika demikian ? 

Justru disinilah hikmahnya, sebagai makhluk sosial kita tidak akan dapat hidup tanpa orang lain. Kebutuhan-kebutuhan kita tidak hanya dapat kita penuhi sendiri, hak-hak kita sebagai manusia akan selalu berbenturan dengan hak-hak orang lain. Dan kita akan berbenturan dengan dorongan sisi psikologis kita untuk saling berbagi, berkomunikasi dan bersosialisasi. Tanpa orang lain, kita akan sakit, menderita dan bahkan mungkin bisa gila.

Sebagai makhluk beragama, yang memiliki keyakinan dan berakidah kita terikat oleh aturan-aturan agama yang kita yakini dan harus di ikuti.

Sebagai seorang Muslim, selain harus berhubungan dangan Allah SWT, kita juga di haruskan berhubungan dengan sesama. Adab-adab dalam bergaul pun harus mengikuti koridor yang dibenarkan oleh Islam. Jadi jelas, menjalin hubungan dengan sesama selain sebuah keharusan, juga merupakan sebuah kebutuhan.

Didalam setiap sendi kehidupan, masalah adalah sesuatu yang biasa. Tidak ada satupun gerak langkah kita dalam kehidupan yang tidak ada masalah. Karena dari masalah lah kualitas kita sebagai manusia akan teruji.

Artinya :
“ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS.Al-Baqarah : 155)

Tidak terkecuali dalam menjalin hubungan, setiap masalah yang muncul adalah sebuah ujian untuk kualitas kita, juga kualitas hubungan sosial kita. Yang menentukan bukan masalah apa yang sedang terjadi, tapi reaksi apa yang kita lakukan terhadap masalah tersebut. Jika sebuah masalah di respon dengan amarah, maka InsyaAllah perpecahan yang akan menjadi hasilnya. Tapi jika kesabaran yang digunakan, InsyaAllah hubungan sosial kita akan jauh lebih baik.

Jadi percayalah, kita tidak akan pernah rugi jika hubungan kita dengan teman, saudara atau siapapun dijalani sesuai jalan yang lurus, jalan yang di ridhoi Allah swt. Sebagai bahan renungan, mari kita baca Qs.Al-‘Asr : 1-3 berikut :
Artinya :

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” 

Wallahu’alam bissawab…

Author : Sentot

Semua akan Ciee-ciee..pada waktunya !

Bismillah…

Assalamualaikum sahabat..

Minggu lalu, ketika saya iseng buka beranda facebook, scroll mouse saya berhenti di sebuah tulisan. Dari judulnya saja sudah menarik perhatian. Mungkin bisa dibilang Unik “semua akan cie cie pada waktunya”. Kira kira seperti dibawah ini tulisannya, tapi sedikit saya rangkum dan saya rewrite kembali.

Begini lho…

Bahwa laki laki lebih menguasai hal-hal global daripada perempuan. Tapi perempuan kebalikannya dari laki laki. Mereka lebih menguasai dan peka terhadap hal-hal rinci. Tidak heran pemikiran laki-laki lebih global, simple, meluas dan tepat dibanding perempuan. Perempuan terkadang lebih fokus pada furu’ mufashshalah (cabang-cabang rinci). Yang bahkan terkadang menurut laki laki hal rinci itu tidak begitu penting. Sebagai contoh , ketika berada dikajian majelis ilmu, biasanya laki laki mendengarkan ustadznya sambil menata mind-mapping global. Rincianya tidak begitu penting. Ego dan rasa ‘keperkasaan’ mereka akan berkata, “Ah, mikirin rinciannya juga bisa tanpa di-talqin”. Beda dengan perempuan, mendengarkan ustadznya, sambil banyak mencatat. Satu lembar, 2 lembar sampai beberapa lembar mencatat. Setelah itu ya sudah. Jika dibandingkan dengan laki laki, tetap saja laki laki akan lebih unggul. Karena laki laki lebih menguasai ushul. Sedangkan perempuan lebih menguasai furu’. Itu mengapa mereka (laki-laki) yang lebih menguasai ushul layak menjadi pemimpin.

Berbicara tentang kepemimpinan, tahukah jika laki-laki itu exist di pertama. Dia bisa berfoya dengan kemegahan. Tapi semegah-megahnya bujang dan jomblo, kalau belum beristri, maka kemegahannya ghayru mu'tabar (tidak teranggap). Malah dunia akan tertawa kalau seorang bujang sudah mapan tapi belum mau beristri. Mencari ilmu pun tidak. Ini abnormal. Perlu dipertanyakan dosis kelelakiannya. Coba tengok kisah Nabi Adam.

Nabi Adam alaihissalam, awalnya tinggalnya di surga. SURGA! SURGA! Apa sih yang tak enak di Surga? Enak semua, bro! Apa-apa asseeek. Tapi semegah-megahnya taraf hidup beliau di Surga, tetap saja beliau, suatu kala merasa murung. Ada yang kurang. Ada fitrah yang belum dilengkapi. Ada relung jiwa yang belum diisi. Perempuan. Ah, itu dia. Hidup laki-laki sehebat apapun tetap saja dependant (tergantung) pada makhluk bernama 'perempuan'. Maka, Allah berikan pasangan buat Nabi Adam. Yaitu Hawa.

Tapi memang sudah lazimnya. Ujian mesti ada. Susah seneng, suka duka tetap saja ada ujiannya. Nabi Adam meminta perempuan, namun kemudian dengan nyalah beliau jatuh ke bumi, Ke dasar cobaan yang ada. Ya, jangan mengira after-marriage itu ketemunya Surga saja. Salah besar. Ujiannya banyak. Kegalauannya malah lebih banyak, lebih rutin dan lebih tinggi intensitasnya dibandingkan kegalauan bujang.

Tapi tentu saja penyembuhnya lebih available dibandingkan bujang. Semua itu kalau di-manage sesuai syariah, insya Allah pahalanya besar. Dan dari semua kegalauan, baik sektor ekonomi, sosial, dan psikologi, ternyata laki-laki sangat matching untuk menghadapinya bersama perempuan. Tidak bisa hanya satu. Harus berdua. Kenapa? Karena laki-laki lebih menguasai ushul, sedangkan perempuan lebih menguasai furu'.

Laki laki (suami) lebih mampu mencari lebih banyak uang dan memang sudah keharusannya dan perempuan (istri) yang memanagenya. Masalah hal-hal rinci akan lebih mudah di-manage oleh istri. Jika laki-laki yang handle, istri bisa terzhalimi. Rumah tangga bisa rapuh. Sudahlah, biar ditangani istri. Belanja bulanan, istri cari semua barang di semua rak supermarket, suami cuma cari satu: bangku. Hehe.

Dari sektor sosial, laki laki lebih cuek terhadap hal hal rinci apalagi menyangkut hal rinci orang lain. Beda dengan perempuan, tensi ghibahnya lebih besar dari laki-laki. Seorang istri lebih bisa dijadikan untuk urusan sosial. Contohnya Arisan, Ibu PKK, sampai ‘ngerumpi di gerobak sayur’ ala emak-emak. Tentu saja aneh jika hal itu dilakukan oleh laki-laki.

Dari sektor psikologi: laki-laki dengan keperkasaannya akan rapuh tanpa perempuan dan bisa mudah rapuh karena perempuan. Perempuan dengan kelembutannya bisa menjadi pejuang gigih karena laki-laki. Berjuang sabar, tekun, baik-baik dan... Semua akan cie cie pada waktunya...

Siapapun dari sesiapa punya harapan tentang siapa, namun siap-siaplah. Jangan sampai hanya berharap tanpa bekal dan perjuangan. Semakin besar perjuanganmu dan kesabaranmu, menunjukkan semakin menghargai harapanmu sendiri dan menghargai dia yang di harapkan. Iya, menghargai dia, yang di harapkan. Barangsiapa yang menghargai, ia akan dihargai.Tetaplah (laki-laki) menjadi pemimpin. Tetaplah (perempuan) menjadi sandaran pemimpin.

Saat kamu datang ke undangan "fulan vs fulanah", mereka akan bertanya 'kapan kamu nyusul'. Sakitnya tuh di sana sini.Heheh. Sedang asik ngobrol dengan temen-temen, mulai ada yang membahas topik begitu, 'kamu kapan?' Sakitnya tuh di perasaan. Lihat pasangan gandengan. Lalu, karena tak ada yang bertanya, akhirnya diri sendiri yang bertanya, 'saya kapan?'Kalau mengingat pertanyaan 'kamu kapan?''kamu kapan?' 'kamu kapan?', rasanya sendi-sendi begitu sakit. Memang, sendi-sendi biasanya sakit karena sendirian.

Tapi percayalah, kamu tak perlu banyak kirim biodata, cukup perbaiki diri, kirim proposal kepada Allah setiap selesai shalat dan setiap 1/3 malam terakhir, jaga diri, pantaskan diri dan tawakkal, maka: "Semua Akan Cie Cie Pada Waktunya"

(Ustadz Hasan Al-Jaizy,Lc)

Author : Rahmalia