Pages

Orang-orang Terasing

Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam bersabda : “Umatku yang terbaik”

Apabila kita mengikuti jejak mereka maka tidak ada keraguan terhadap apa yang mereka pahami, tidak ada keraguan terhadap perihal amalan mereka, tidak ada keraguan terhadap apa yang mereka saksikan, tidak ada keraguan perihal komitmen mereka. Siapakah mereka ? 

Rasulullah bersabda “Generasiku (Sahabat), kemudian setelahnya (Tabi’in), lalu generasi setelahnya (Atba’ut tabi’in)” Kemudian beliau berhenti.

Merekalah yang ada disekeliling rasulullah yang melakukan pembelaan, yang mengikuti, yang mendengar, yang mentaati, yang mencintai, yang berkorban untuk rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Mereka semua adalah orang-orang terasing.


Rasulallah bersabda : “Agama ini datang dalam keadaan asing dan kelak akan menjadi asing, maka berbahagialah orang-orang yang asing itu.”

Tidak ada yang paling dihormati di Mekkah setelah rasulullah selain Abu Bakar ash-Shiddiq. Tapi beliau pun menjadi orang yang terasing karena memeluk islam. Kemudian Umar bin Khattab yang disegani dan dihormati dikalangan kaum Quraisy karena ingin membunuh rasulullah, pada hari ketika hendak membunuh rasulullah tapi justru beliau pun menjadi Orang asing. 

Kita sebagai seorang muslim pada masa ini, haruslah terhubung dengan orang-orang asing pada masa sahabat. Kita mesti menghubungkan anak-anak kita kelak kepada orang asing tersebut. Karena merekalah orang-orang terasing yang telah menyokong agama ini sampai kepada kita, merekalah yang telah merintis agama ini,  merekalah yang telah berkorban untuk agama ini, merekalah yang telah Allah sebut dalam firmannya : 

“Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. Mereka berkata : “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya” dan mereka berkata : “Kami dengar dan kami taat”. 

Mereka berdo’a : “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”. Merekalah orang-orang yang Allah ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada Allah. Mereka itulah orang yang takut kepada Tuhannya.”

Saat kamu bekerja dengan orang kafir, namamu adalah Abdur-Robb. Tetapi kamu mengatakan padanya “Namaku Robby”. Kamu mempunyai toko dan namamu adalah Harits tetapi kamu mengaku namamu adalah Harry. Itu semua karena biasanya kita ingin membina hubungan yang baik dengan mereka.

Pada suatu hari kamu tersadar dan memberitahu mereka: “Bukan,bukan .. nama saya bukan Harry, tapi Harits atau lengkapnya Muhammad al Harits. Jadi jangan memanggilku Harry lagi!”. Tenang saja kami tetap akan memanggilmu Harry. “Kalo begitu saya pergi ke toko lain saja”. Ya sudah, pergi saja ke toko lain. Kamu tidak peduli karena dirimu telah sadar. Kamu ingin mengagumkan Allah ta’ala, kamu ingin menghormati rasulullah dan agama ini. Maka akan terjadi perubahan pada tingkah laku ketika kamu bekerja pada non-muslim, lalu kamu tidak ingin bermasalah dengannya sehingga kamu tidak sholat Dzuhur, tidak sholat Ashar, tidak sholat Jum’at. Karena kamu tidak ingin ada masalah dengannya sehingga mereka akan baik kepadamu.

Lalu suatu hari Muhammad sadar. Ketika jam 12 waktunya makan siang, bosnya berkata : “Ayo Muhammad, kita pergi makan siang di bawah” Muhammad menjawab : “Tidak, terima kasih, saya ingin sholat di lantai atas” bosnya berkata : “Apa yang terjadi denganmu Muhammad ?”.

Lalu tibalah hari jum’at. Muhammad meninggalkan kantornya jam 11. Si bos berkata : “Kamu mau pergi kemana ?” Muhammad menjawab : “Saya ingin sholat jum’at, karena Allah berfirman : “Hai orang yang beriman, apabila kamu diseru untuk sholat pada hari jum’at maka bersegeralah kamu untuk mengingat Allah” Jika anda ingin memecat saya , silahkan. Jika anda masih mempekerjakan saya, saya akan bekerja di shift malam, atau sabtu, atau minggu, tetapi hari jum’at, waktunya untuk Allah. Sampai nanti..”

“Apa yang terjadi padamu Muhammad?”.

Beberapa bulan kemudian, jenggot Muhammad sudah memanjang. Si bos bertanya : “Hei Muhammad, ada apa denganmu? Kamu terlihat seperti Osama bin Ladin, kamu terlihat seperti anggota al-Qaeda!. Apa yang salah denganmu Muhammad? Sepertinya kamu menjadi ekstrimis” Muhammad menjawab : “Tidak, saya bukan anggota al-qaeda atau ekstrimis akan tetapi ini adalah sunnah Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Jika anda tidak menyukainya saya tidak peduli”.

Atau kasus seorang muslimah yang menutupi tubuhnya dengan hijab dan cadar demi untuk menjaga kehormatannya sebagai seorang muslimah. Suaminya berkata : “Apa yang terjadi denganmu?” dia menjawab “Tempo hari saya membaca firman Allah dan sabda Rasulullah hingga membuatku menangis dan merenungi kembali agamaku ini”. Lalu suaminya berkata : “Kalo begitu aku tidak ingin bersamamu lagi, karena kamu menjadi ekstrimis”. Maka akhwat tersebut menjadi seorang yang terasing. Alhamdulillah, Allah akan memberikan pengganti, Karena “Orang asing” akan bersama sama dengan “Orang asing” pula.

Kita semua sudah seharusnya menjadi orang yang terasing. Tidak peduli dengan apa yang dilakukan orang-orang non-muslim, tidak peduli dengan makar mereka dan upaya mereka untuk memadamkan cahaya Allah ta’ala. Melalui makar mereka yang dilontarkan mulut-mulut mereka, melalui televisi, film, Koran, buku, radio, majalah, internet, apapun yang mereka lakukan dengan kebohongan, penyimpangan dan fitnah untuk melawan islam, mereka tidak akan pernah berhasil melakukannya karena Allah akan menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya. Dan Allah akan menyempurnakan cahaya-Nya melalui orang-orang yang terasing.

Kita mengharapkan generasi saat ini menjadi generasi orang-orang yang terasing. Saat narkoba, klub malam, karouke dan kemaksiatan mejadi mayoritas. Kita terjaga dari melakukan keburukan sampai keputusan Allah tiba kepada kita, maka bersabarlah orang-orang yang terasing.

No comments:

Post a Comment