Pages

Menggapai Cinta Positif

Cinta atau Mahabbah merupakan kata yang selalu menjadi daya Tarik manusia, berbagai kisah dan sejarah telah terbentuk atas dasar cinta. Setiap manusia pasti mempunyai cinta dalam hatinya entah cinta pada kekasihnya , kepada keluarganya, atau kepada harta bendanya. Namun cinta itu sendiri bisa membuat manusia menjadi sebuah kehinaan bila tidak dilandasi dengan iman seperti kekasih yang rela mengorbankan kehormatannya demi seseorang yang dicintai, atau cinta bisa menjadi mulia tatkala disandingkan dengan keimanan.

Cinta laksana seperti sebuah aliran yang dapat menggerakan energy positif membangkitkan jiwa yang tertidur dan menghidupkan kisah baru yang telah lama terkubur dalam gelapnya kesengsaraan. Entahlah definisi cinta itu sendiri mengandung banyak makna, tergantung siapa yang mendefinisikannya pada pujangga yang sedang terlena cinta atau pada seorang yang sedang mengalami kepedihan cinta,
 

Ungkapan Ibnu Qayyim Al Jauziah tentang cinta, bahwasanya“Tidak ada batasan tentang cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri” . 

‘AL’-Abbas bin Al-ahnaf berkata, “setiap manusia pasti memiliki cinta. Tak ada kebaikan bagi orang yang tidak memiliki cinta”. 

Mungkin hakikatnya jika orang tidak memiliki cinta hatinya telah mengeras, setidaknya manusia yang tidak pernah merasakan cinta mencintai dirinya sendiri , mestipun timbul ke-egoisan jika terlalu besar kadarnya. Seperti saat Abu Bakar dan Rasulullah beristirahat di dalam gua, Abu Bakar melarang Rasul masuk sebelum ia membersihkan terlebih dulu. Saat membersihkan, Abu Bakar melihat 3 buah lubang. Satu lubang ia tutup dengan sobekan kain bajunya, lalu yang dua ia tutup dengan ibu jari kakinya. Rasul pun tidur di pangkuan Abu Bakar. Pada saat itulah, Abu Bakar merasakan kesakitan yang luar biasa. Ia digigit ular. Namun ia tidak mau membangunkan Rasul dan terus menahan sakit hingga air matanya menetes. Tetesan itu menimpa rasul dan terbangunlah beliau. Berkat mukzizat Rasul, sakit itu pun berhasil disembuhkan).Iya itulah arti cinta sejati, ia mampu berkorban demi cintanya, cinta mulia kepada rasulnya.

Cinta menurut pandangan islam adalah fitrah, karena Alloh telah menanamkan sendiri cinta itu kedalam hati setiap hambanya, Cinta yang dilandasi akan iman, cinta yang suci tak ternoda oleh kotornya dosa, rasulpun pernah berkata “Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah ia memberitahu bahwa ia mencintainya.” (HR Abu Daud dan At-Tirmidzy).”

Maka islam tidak melarang setiap insan agar tidak saling mencintai, islam pun agama yang penuh dengan kasih sayang dan Cinta sang Khalik, halal-haram-aturan aturannya merupakan bentuk cinta dan kasih sayangNya.

Menurut Syaikh Ibnul Qayyim, seorang ulama di abad ke-7, ada enam peringkat cinta (maratibul-mahabah), yaitu:

  • Peringkat ke-1 dan yang paling tinggi/paling agung adalah tatayyum, yang merupakan hak Allah semata.
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Rabbul ‘alamiin.”

“Dan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah (S.2: 165)
Sepatutnyalah Alloh yang pertama bersemayam dalam hati kita, taat merupakan salah satu bentuk rasa cinta kita kepada Alloh. Mendekatlah dan ungkapkan rasa cinta kita dengan bermunajat kepadaNya, basahilah pipi ini oleh air yang penuh akan rasa haru karena cintaNya.

  • Peringkat ke-2 ‘isyk yang hanya merupakan hak Rasulullah saw.
“Katakanlah jika kalian cinta kepada Allah, maka ikutilah aku (Nabi saw) maka Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali Imran: 31)
Rasul telah menunjukkan rasa cinta kepada umatnya saat detik-detik terakhir dalam hidupnya dengan mengucapkan “ummati, ummati, ummati”. Tempatkan Cinta rasulullah dalam urutan setelah cinta kepada Alloh, ikutilah sunnahnya, patuhilah seruannya. Barang siapa yang mencintai Alloh maka Cintailah Rasulnya,. 

  • Peringkat ke-3  syauq yaitu cinta antara mukmin dengan mukmin lainnya. Antara suami istri, antar orang tua dan anak, yang membuahkan rasa mawaddah wa rahmah.

  • Peringkat ke-4 shababah yaitu cinta sesama muslim yang melahirkan ukhuwah Islamiyah.

  • Peringkat ke-5 ‘ithf (simpati) yang ditujukan kepada sesama manusia. Rasa simpati ini melahirkan kecenderungan untuk menyelamatkan manusia, berdakwah, dll.

  • Peringkat ke-6 adalah cinta yang paling rendah dan sederhana, yaitu cinta/keinginan kepada selain manusia: harta benda. Namun keinginan ini sebatas intifa’ (pendayagunaan/pemanfaatan).

Sejatinya cinta bukan suatu barang yang mahal, timbulkan rasa cinta dalam hati kalian yang dilandasi akan iman tanpa celah syahwat dan dosa, semoga kita bisa bertemu dengan pemilik Cinta yang sebenarnya , yaitu cinta sang Khalik, berkumpul dalam tempat yang indah bersama orang-orang terkasih kita. Aamiin..

Wallohu’alam bisawwab.
Author : Yunar Ratnawati