Pages

Pendekatan Humanistik

Pendekatan Humanistik sering disebut angkatan ke empat dalam psikologi. Pendekatan ini lahir di Amerika, dimasa saat itu kondisi masyarakat kelas menengah tengah menikmati kemakmuran material, akan tetapi menderita kekosongan spiritual.

Pada kenyataannya, pendekatan-pendekatan psikologi sebelumnya belum berhasil mendeskripsikan perilaku manusia secara menyeluruh. Pendekatan behaviorisme manusia memang sering kali dipengaruhi oleh lingkungan, namun mereka juga mampu untuk bertindak berbeda dengan lingkungannya. Kita juga sering kali menunjukan naluri primitif kita yang seperti hewan sebagaimana dinyatakan psikoanalisis, tapi pada saat yang sama kita juga memiliki rasa peduli dan kasih sayang terhadap sesama. Kita bisa terus sibuk berfikir seperti  yang dinyatakan oleh psikologi kognitif, namun pada saat yang sama kita juga ingin mengetahui dan diakui eksistensi diri kita serta apa yang sebenarnya paling kita dambakan dalam hidup ini.

Dalam pandangan psikologi humanistik, setiap manusia hidup dalam pengalaman pribadinya yang unik. Sehingga tidak akan ada satu manusiapun yang memiliki pengalaman yang sama persis. Dalam hal ini, manusia dipandang sebagai Homo Ludens (manusia bermain).

Pendekatan ini berpendapat, manusia bukanlah seperti wayang yang sibuk mencari identitas, namun manusia juga berupaya mencari makna dalam setiap sisi kehidupannya serta mencari apa yang dapat diberikan terhadap lingkungannya. Berdasarkan hal ini, Carl Rogers mengatakan : “kecenderungan batiniah manusia adalah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi normal, ia berprilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri “. Aktualisasi diri disini berarti mewujudkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Sesuai dengan kondisi saat lahirnya, pendekatan ini merupakan penampakan sosial dari upaya manusi untuk membina hati dan tubuh yang bijak sebagaimana jiwa yang bijak, sehingga kekosongan spiritual dalam jiwa dapat terisi. Penekanan pendekatan ini bukanlah pada kepuasan materi semata, tapi lebih dari itu, penekanan juga bertumpu pada kreatifitas, vitalitas emosi, eutentisitas, dan pencarian makna.

Psikologi Humanistik berpendapat bahwa manusia bebas untuk memilih dan menentukan tindakannya sendiri. Oleh karena itu, setiap orang bertanggung jawab atas tindakannya sendiri dan tidak dapat menyalahkan lingkungan, orang tua atau keadaan atas tindakannya. Konsepsi Humanistik atas manusia ini berkembang oleh para filsuf eksistensialis (seperti Kiekergaard, Nietzshe, Sartre). Pandangan ini menggaris bawahi kualitas-kualitas manusia yang membedakan manusia dari hewan, terutama dalam kebebasan berkehendak dan dorongan untuk aktualisasi diri.

Menurut pendekatan ini, motivasi utama seseorang adalah kecenderungan untuk tumbuh dan mengaktualisasi diri. Setiap orang mempunyai kebutuhan untuk mengembangkan potensi diri sepenuhnya, untuk maju melebihi keadaan yang telah dicapai sekarang. Ia mungkin tidak tahu jalur yang harus dilalui agar dapat tumbuh dan mungkin pula ia terhalang oleh berbagai macam hambatan lingkungan dan budaya, tetapi kecenderungan wajarnya mengarah pada aktualisasi potenso-potensinya. (Sukadji, 1986).

Dasar yang menjadi tumpuan pendekatan ini adalah : keunikan manusia, pentingnya nilai dan makna, dan kemampuan manusia untuk mengembangkan diri. Jadi pendekatan ini menilai manusia tidak digerakan oleh kekuatan luar yang tidak dapat dikontrolnya, tetapi manusia adalah pemeran yang mampu mengontrol nasib sendiri dan mampu mengubah dunia disekelilingnya.

Perhatian utama psikologi Humanistik adalah pengalaman subjektif perorangan. Persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri maupun terhadap dunianya lebih penting untuk diteliti daripada studi mengenai tindakannya. Bahkan dengan pandangan demikian beberapa humanis menolak psikologi ilmiah dan mengatakan bahwa metode-metode ilmiah tidak penting artinya bagi pemahaman sifat –sifat manusia.

Sumber : BMP Psikologi Komunikasi
Author : Sentot