Pages

Ramadhan, Sebuah Fenomena

Bulan ramadhan, bagi umat muslim adalah bulan kesempatan. Kesempatan untuk memperbaiki jasmani dan rohani. Dibulan ini, jasmani kita akan di evaluasi dan dilatih kembali mengikuti sebuah ritme tertentu. Mulai dari pola makan, pola tidur sampai pola aktivitas lainnya. Secara rohani, jiwa kita akan di gembleng dengan amalan-amalan ibadah yang di anjurkan didalamnya. Bagi golongan yang taat, kita akan dituntun menuju jalan takwa. Karena itulah tujuan kita berpuasa, beribadah di bulan penuh berkah ini.

Disisi lain, sudah menjadi budaya bahwa datangnya bulan ini disambut juga dengan kebutuhan-kebutuhan spesial. Mempersiapkan momen spesial dengan istilah munggahanya, biasanya diisi dengan kumpul bersama keluarga, ziarah ke makam keluarga dan lain sebagainya. Permintaan kebutuhan bahan makanan pun meningkat selama bulan ini. Penyajian menu-menu spesial untuk makan sahur dan berbuka sepertinya sudah menjadi keharusan. 

Meningkatnya permintaan akan kebutuhan pangan inilah yang akan meningkatkan harga-harga di pasaran jika tidak di imbangi dengan peningkatan supply yang memadai. Orang-orang akan berlomba-lomba membeli barang sebanyak-banyaknya, sedangkan persediaan di pasar tidak mengalami peningkatan yang memadai. Secara otomatis, harga pun ikut merangkak naik agar semua orang yang mau dan mampu membeli mendapat bagian. Secara tidak langasung, kenaikan harga ini akan berfungsi sebagai sistem penjatahan dalam distribusi dipasar. Hal ini mungkin di benci oleh masyarakat sebagai konsumen, akan tetapi kondisi ini bukan juga harapan dan keinginan para pedagang atau penjual. 

Lalu, bagaimanakah langkah terbaik untuk mengantisipasi kondisi ini ? Memang diperlukan langkah-langkah antisipasi yang tepat, karena masyarakat kecil lah yang paling terkena imbasnya. 

Jika dilihat dari sisi mekanisme pasar, mungkin ini merupakan suatu kondisi yang normal. Secara umum, fenomena ini tidak dapat dikatakan/ disebut inflasi, karena kenaikannya bersifat sementara. Artinya, jika permintaan akan barang kembali ke keadaan normal, maka harga pun akan kembali normal pula. Untuk kasus bulan Ramadhan, biasanya permintaan akan barang dan jasa meningkat hanya selama bulan Ramadhan dan menjelang lebaran saja. 

Akan tetapi, jika dilihat secara sosial kemasyarakatan, hal ini dapat menjadi masalah. Mungkin bagi kalangan menengah ke atas tidak menjadi masalah, karena mereka tetap mampu membelinya. Namun bagi kalangan bawah, kenaikan harga barang, berarti menurunnya daya beli mereka. Oleh karena itu, diperlukan solusi agar kenaikan yang terjadi tidak terlalu tinggi. 

Dalam hal ini yang menjadi masalah utamanya adalah supply/persediaan di pasar yang tidak mampu merespon peningkatan permintaan. Sehingga hal-hal yang mempengaruhi lancar dan cukupnya persediaan harus di perhatikan. Harus ada pihak yang mengawasi dan memberi kebijakan didalamnya. Dalam hal ini yang memiliki peran penting adalah pemerintah. Harus ada tindakan tegas dari pemerintah terhadap pihak-pihak yang menghambat kelancaran persedian barang di pasar, misalnya jika ada pedagang-pedagang nakal yang berusaha menimbun barang-barang dagangannya. Selain itu, pemerintah juga harus mampu menjamin ketersediaan persediaan barang-barang yang diperlukan di pasar.

Terakhir, semoga pemerintah kita tetap dapat menjadi pengawas yang adil dalam menanggapi fenomena pasar ini. Bagi kita, mari kita sambut bulan penuh berkah ini dengan kebersihan hati dan keteguhan iman sehingga keikhlasan dalam menjalaninya dapat kita laksanakan. Semoga kita di beri kekuatan dalam menjalaninya, sehingga kita menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa kepada Allah SWT, sesuai tujuan dari ibadah puasa itu sendiri. Amiin...

Author : Sentot