Pages

Bagaimana Pendidikan Generasi Muda seharusnya ?

Sekelumit wajah pendidikan Indonesia yang masih saja anteng dengan sistemnya, tidak banyak mengalami perubahan. Terasa karena bersinggungan langsung dengan kita. Sedikit contoh nyata dikutip dari laman kaskus bahwa status guru di Indonesia (Non-PNS) masih sering diremehkan dan di anggap kurang mencukupi kebutuhan hidup, dibandingkan dengan Negara Firlandia status guru dimasyarakat setara dengan pengacara dan dokter. Kenapa sangat bertolak belakang ? karena seluruh guru di Firlandia harus memiliki gelar Master / S2 yang didanai oleh pemerintah, terlihat beda dengan negara kita yang harus mencari biaya sendiri untuk melanjutkan pendidikannya.

Kemajuan seorang murid tergantung bagaimana dirinya dan sang guru yang mengajar, ya jika gurunya sendiri merasa mendapatkan kesenjangan mulai dari gaji yang didapat seperti guru honorer, maka apakah berpengaruh dengan pendidikan yang diberikan kepada muridnya? jawabannya sudah pasti iya, sebab gaji adalah penghargaan pertama atas semua dedikasi pekerjaanya, bagaimana mungkin ia dituntut menjadi pengajar yang baik jika iapun masih mengalami kesenjangan. Bila guru terbebebas dari kesenjangan tersebut maka sangat memungkinkan untuk melakukan hal yang lebih kreatif lagi dalam pengajarannya, semangat mengajarpun akan tumbuh.

Contoh di atas merupakan sedikit perbandingan dari tenaga pengajarnya, lalu bagimana dengan pendidikan generasi mudanya ? banyak hal yang harus dibenahi dari sistem pendidikan untuk anak-anak indonesia jika negara ini menginginkan calon generasi yang mumupuni untuk kemajuan bangsa. Terutama soal pendidikan karakter, karena manusia tanpa akhlak tak ada artinya, seperti mayat hidup hanya senggok daging yang tanpa arti.

Pendidikan karakter pertama dimulai dari keluarga sendiri, sepasang suami istri diharuskan terlibat kerjasama dalam menumbuhkan moral yang beradab pada anaknya, pendidikan agama yang lebih ditekankan di atas pendidikan lainnya, maka peran seorang ibu sebagai madrasatul ‘ula sangat condong terhadap sisi kepribadian sang anak, jangan terjadi kesalah kaprahan pada proses ini contoh nyata saat seorang ibu sedang berkumpul dengan para ibu lainnya dimana anaknya merengek minta jajan, karena sang ibu yang sedang asik mengobrol memerintahkan “ambil dulu nak bilang nanti ibu yang bayar”, hal sekecilpun akan terekam baik oleh ingatan sang anak, tanpa sadar ia dididik berhutang sejak dini dikarenakan seorang ibu yang tidak teliti akan sisi sekecilpun tindak laku putra-putrinya.

Lalu ingatan itu akan terus terekam dalam fikiran sang anak sampai ia tumbuh dewasa, maka celakalah jika pendidikan sedari kecilnyapun telah salah kaprah apa jadinya generasi ini? itu merupakan contoh se-paling sederhana nya akan kesalahan proses pendidikan anak. Ya ruh bersih dari sang anak akan ternoda dengan sistem yang ala kadarnya. Dewasa ini globalisasi makin memperburuk keadaan pendidikan pada sang anak, krisis moral makin berkembang biak, diuar akal sehat banyak topik utama pada berita ialah kerusakan akhlak dan kebejatan moral di usia anak-anak hingga remaja.

Maka kita hanya bisa mengelus dada melihat fenomena yang terjadi, tapi sampai kapan ini akan berlangsung ? maka cobalah berkiblat pada islam, yang mengajarkan kemuliaan. Proses yang diutamakan tidak seperti jaman sekarang yang mengesampingkan proses dan mengutamakan serba instan, maka ini kesalah kaprahan yang berikutnya, dimana serba instan akan melahirkan generasi muda menjadi manusia yang malas. 

Masih banyak lagi contoh contoh kesalahan pendidikan di Indonesia, banyak yang harus dibenahi terutama dari segi pendidikan akhlak, karena akan berpengaruh terhadap moral generasi muda nantinya.

Author : Yunar Ratnawati

No comments:

Post a Comment