Pages

Islam di Nusantara

Indonesia, adalah salah satu negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam. Berbagai kejadian peraliahan kekuasaan mewarnai perjalanan sejarah kehidupan bangsa ini. Dari mulai pemerintahan kerajaan Singasari, kerajaan Majapahit, kesultanan demak, masuknya pemerintahan kolonial Belanda, kekaisaran Jepang dan berbagai pemberontakan yang terjadi setelahnya. Lika-liku sejarah yang memiliki sumbangsih sangat besar bagi perkembangan dan keberagaman kebudayaan masyarakatnya.

Begitupun dengan perkembangan masyarakat/ umat Islam didalamnya. Islam mampu tumbuh dan berkembang dengan luar biasa, menembus dan menerangi kegelapan yang menyelimuti setiap sisi kehidupan masyarakat nusantara waktu itu. Masyarakat yang lekat sekali dengan animisme dan dinamisme nya, yang tertutupi jiwanya dengan selimut hitam kejahilan, menerima setitik cahaya yang mempu mengurai kegelapan menjadi terang benderang dengan cahaya Islam. Islam di Nusantara mampu menunjukan eksistensinya dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam yang pernah berjaya seperti kerajaan Samudera pasai, kerajaan Aceh, kerajaan Demak, Pajang, Mataram, Cirebon dan sebagainya.

Keberhasilan Islam berkembang di Nusantara menggelitik rasa ingin tahu sebagian orang tentang siapa yang berjasa menyebarkan dan menanamkan ajaran tauhid di bumi pertiwi ini.

Sebagian berpendapat, penyebar agama Islam di Indonesia adalah para pedagang Muslim yang singgah dan menetap di sini. Pendapat yang lain mengatakan jika kemungkinan ada utusan khusus dari kerajaan-kerajaan Islam saat itu yang memiliki tugas resmi untuk menyebarkan ajaran Tauhid di Nusantara. 

Jika kita melihat latar belakang kepercayaan penduduk Nusantara, maka tantangan yang akan dihadapi dalam menyebarkan ajaran Tauhid akan sangat besar sekali. Sebagai perbandingan, Kita bisa melihat kembali bagai mana Rasulullah SAW menghadapi berbagai tekanan dari masyarakat Mekah saat itu pada awal-awal penyebaran Islam di jazirah Arab. Di Nusantara, kemungkinan tantangannya tidak akan jauh berbeda. Kesimpulannya, jika para penyebar Islam di Nusantara hanya para pedagang, kecil kemungkinan untuk dapat bertahan. Dibutuhkan strategi dakwah yang sistematis dan terorganisir didalamnya yang berisi orang-orang pilihan dengan kemampuan mendalam di bidang Agama.

Di pulau Jawa, dipercaya bahwa Islam disebarkan oleh sebuah dewan Wali yang di sebut Wali Songo. Akan tetapi cerita yang berkembang di masyarakat kebanyakan adalah cerita-cerita yang sarat sekali dengan nuansa mistik. Penggambaran tokoh-tokoh didalamnya lebih dititik beratkan kepada kesaktian-kesaktian supranatural yang dimilikinya, sehingga seolah-olah hanya cerita legenda semata tanpa ada data-data empiris pendukungnya. 

Namun, berdasarkan tulisan seorang pemerhati kerajaan Jawa E.A.Indrayana yang di posting di website MuslimDaily.net pada tanggal 11 Desember 2013, dokumen-dokumen sejarah Wali Songo/ penyebar agama Islam di tanah jawa masih dapat di telusuri. Setidaknya ada beberapa dokumen yang konon memiliki hubungan dengan sejarah Wali Songo sbb :

Het Book van Bonang. Manuskrip berisi tulisan tangan pada lembaran-lembaran daun lontar ini adalah karya dari Sunan Bonang. Saat ini manuskrip tersebut berada di perpustakaan Leiden-Belanda. Naskah yang berisi ajaran-ajaran tentang Islam tersebut di temukan oleh armada Belanda pada tahun 1597 Masehi dan dibawa pulang ke negeri Belanda.

Suluk Linglung. Merupakan buah karya Sunan Kalijaga.

Kropak Farara. Merupakan naskah karya Maulana Malik Ibrahim yang berisi gambaran tentang ajaran Islam yang di ajarkan kepada penduduk Nusantara. Dokumen ini tersimpan di museum Ferrara, Itali selama kurang lebih 300 tahun sebelum akhirnya pada tahun 1962 foto copy bersama dengan transliterasinya dikirim ke museum Leiden Belanda oleh J Soegiarto.

Kitab walisana. Adalah sebuah kitab yang disusun oleh Sunan Giri yang berisi tentang ajaran Islam dan beberapa peristiwa penting dalam perkembangan masuknya agam Islam di tanah Jawa.

Selain dokumen-dokumen tersebut diatas, berdasarkan Kitab Kabzul Ulum karya Ibnu Bathuthah yang sampai saat ini masih tersimpan diperpustakaan istana kesultanan Ottoman di Istambul, pembentukan Walisongo ternyata pertama kali dilakukan oleh Sultan Turki, MUHAMMAD I yang menerima laporan dari para saudagar Gujarat (India) bahwa di pulau Jawa jumlah pemeluk agama Islam masih sangat sedikit. Berdasarkan laporan tersebut Sultan MUHAMMAD I membentuk sebuah tim yang beranggotakan 9 orang, yaitu:

MAULANA MALIK IBRAHIM, berasal dari Turki, ahli irigasi dan tata pemerintahan;
MAULANA ISHAQ, berasal dari Samarkan ahli pengobatan;
MAULANA AHMAD JUMADIL KUBRO, berasal dari Mesir;
MAULAN MUHAMMAD AL MAGHROBI, berasal dari Maroko;
MAULANA MALIK ISRO’IL, berasal dari Turki, ahli tata pemerintahan;
MAULANA MUHAMMAD ALI AKBAR, berasal dari Iran, ahli pengobatan;
MAULANA HASANUDDIN, dari Palestina;
MAULANA ALIYUDDIN, dari Palestina;
SYEIKH SUBAKIR, dari Iran, ahli kemasyarakatan;

Sembilan utusan tersebut dapat dikatakan merupakan angkatan pertama dari dewan dakwah yang bertugas menyebarkan ajaran tauhid di tanah Jawa. Seiring dengan berjalannya waktu, formasinya terus berubah dalam menyesuaikan dengan berbagai kondisi yang dihadapi. Seperti misalnya pada tahun 1421 masehi dikirim Ahmad Ali Rahmatullah (yang kemudian biasa di sebut sebagai Raden Rahmat) untuk menggantikan Maulana Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419 masehi. Selanjutnya Raden Rahmat mendirikan sebuah pesantren di daerah Ampel, kemudian beliau dikenal sebagai sunan Ampel. Formasi terus berubah, sampai seperti yang kita kenal sekarang.

Demikianlah sekelumit cerita tentang gambaran perkembangan Islam di Nusantara dan para penyebar agama Islam di tanah Jawa. Tulisan ini hanyalah sebuah catatan yang sifatnya subjektif, hanya melihat dari sudut pandang penulis belaka. Namun diharapkan dengan adanya tulisan ini, dapat menjadi pendorong dalam melakukan studi yang lebih mendalam lagi sehingga manfaat nya dapat lebih kita rasakan. Saran, kritik dan masukan akan sangat membantu bagi penulis untuk perkembangan artikel yang lebih berkualitas lagi.

Wallahu’alam bissawab…

Author : sentot

No comments:

Post a Comment