Pages

Kisah Mimpi Raja Yaman Rabi'ah Bin An-Nashr

Dikisahkan waktu itu Yaman diperintah oleh seorang raja yang bernama Rabi'ah bin An-Nashr. Suatu hari dia mendapatkan mimpi yang begitu membuatnya gelisah, sehingga dia berfikir bahwa mimpinya memiliki makna yang sangat penting.

Maka sang raja mengumpulkan tokoh-tokoh kerajaan yang dirasa akan mampu mentakwilkan mimpinya. Semua di kumpulkan dari mulai pemuka agama, tukang sihir, para ahli nasab, ahli nujum dan semuanya.

Setelah semuanya berkumpul, maka raja berkata, "Sesungguhnya, aku bermimpi dengan suatu mimpi yang membuatku gelisah, maka kabarkanlah kepadaku apa mimpiku dan bagaimana takwilnya ?".

Maka mereka, para tokoh kerajaan berkata kepada raja, "ceritakan kepada kami mimpimu wahai raja, maka kami akan menakwilkannya".

"Sesungguhnya jika aku ceritakan mimpiku kepada kalian sebelum kalian ceritakan takwilnya, maka aku tidak akan tenang, karena sesungguhnya yang bisa menakwilkan mimpiku adalah orang yang bisa menebak mimpiku sebelum aku ceritakan mimpi itu kepadanya", ternyata raja hanya ingin yang menakwilkan mimpinya adalah orang yang bisa menebak apa mimpi yang dialaminya. Menurutnya hanya orang yang bisa menebak mimpinya sajalah yang bisa menakwilkan mimpinya dengan benar.

Semua yang hadir di istana terdiam, tidak ada seorang pun yang bisa menebak apa yang di impikan oleh rajanya. 

Sampai salah seorang diantara mereka ada yang berkata, "jika demikian kehendakmu wahai raja, maka tidak akan ada yang mampu melakukannya dinegeri ini kecuali dua orang saja yaitu Sathikh dan Syiq. Tidak ada diantara kami yang lebih ber ilmu dari mereka berdua, dan hanya dua orang inilah yang bisa mengabarkan mimpimu sebelum engkau ceritakan".

Maka rajapun mengirim utusan untuk memanggil Sathikh dan Syiq yaitu orang yang dipercaya mampu menebak dan menakwilkan mimpi sang raja.

Singkat cerita, setibanya mereka di Istana, Sathikh dipanggil terlebih dahulu sebelum Syiq.

Setelah berada di hadapannya, maka raja berkata kepada Sathikh, "sesungguhnya aku mengalami sebuah mimpi yang membuatku gelisah, maka kabarkanlah kepadaku apa mimpiku, jika engkau bisa menebaknya dengan tepat, maka engkau niscaya akan dapat menakwilkannya".

Maka Sathikh menjawab, "baiklah aku lakukan, engkau melihat sepercik api keluar dari kegelapan, kemudian jatuh ditempat yang rendah, kemudian memakan semua yang memiliki tengkorak".

"Sungguh tidak salah sedikitpun engkau wahai Sathikh, jika demikian apa takwilnya menurutmu ?", Raja membenarkan apa yang di ungkapkan Sathikh.

Sathikh berkata, "aku bersumpah dengan seluruh ular-ular yang berada di seluruh kedua bukit ini, sungguh akan runtuh kerajaanmu di Habasyah ini, maka niscaya mereka akan menguasainya dari Abyan sampai dengan Jurasy".

Raja berkata, "demi bapakmu wahai Sathikh, sungguh ini sangat mengerikan, kapan itu terjadi, apakah di jamanku ini atau kah setelahnya ?".

"Tidak, bahkan nanti bertahun-tahun yang akan datang setelah lewat dari tahun-tahun", jawab Sathikh. Raja kembali bertanya, "apakah kekuasaannya berlangsung terus-menerus ataukah terputus ?".

"Tidak, bahkan akan terputus nanti setelah lewat enam puluh tahun, kemudian mereka akan dibantai dan di usir dan mereka lari dari negeri ini ?", Sathikh kembali menjelaskan.

Berkata raja, "dan siapa yang menggantkan kekuasaan mereka setelahnya ?",

Sathikh menjawab, "akan digantikan oleh Iram bin Dzi-Yazan, dia akan menguasainya dari 'Adn, maka dia tidak akan meninggalkan seorangpun di Yaman".

Kembali bertanya raja, "apakah akan berlangsung terus kekuasaannya ataukah terputus ?",

Sathikh berkata, "bahkan terputus".

Raja berkata, "Siapa yang memutusnya ? ", "seorang Nabi yang suci yang menerima wahyu dari langit !", jawab Sathikh. 

Raja berkata, "darimana datangnya Nabi itu ?".

Sathikh berkata, "seorang laki-laki dari keturunan Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr, dan dia akan menguasai kaumnya sampai akhir masa !".

Begitulah, pada jaman itu pun berita tentang akan datangnya Nabi akhir jaman sudah diketahui oleh beberapa kalangan, terutama kalangan ahli kitab dan dukun-dukun.

Raja kembali bertanya kepada Sathikh, "apakah jaman memiliki akhir wahai Sathikh ?",

Sathikh berkata, "benar, hari dimana dikumpulkannya orang pertama sampai orang terakhir, yang akan bahagia orang-orang yang baik, dan akan sengsara orang-orang yang jahat".

"Apakah benar apa yang kau kabarkan kepadaku ini ?", tanya raja memastikan kebenaran berita yang dibawa oleh Sathikh.

Sathikh berkata, "Tentu, sesungguhnya semua yang aku katakan benar".

Kemudian setelah itu dipanggillah Syiq dan ditanyakan kepadanya sebagaimana yang ditanyakan kepada Sathikh dengan merahasiakan apa-apa yang telah di ceritakan oleh Sathikh sebelumnya.

Maka Syiq pun menjelaskan mimpi yang dialami sang raja, "baiklah", kata Syiq, "engkau melihat sepercik api yang keluar dari kegelapan, dan mengenai dataran yang rendah, kemudian menghabiskan semua yang memiliki ubun-ubun".

Maka raja menyadari bahwa apa yang dikatakan Syiq pada hakikatnya sama dengan apa yang dikatakan Sathikh sebelumnya. Perbedaan hanya pada pemilihan kata saja, yaitu bila Shatikh berkata "jatuh ditempat yang rendah kemudian memakan semua yang memiliki tengkorak", sedangkan Syiq berkata, "Jatuh mengenai dataran rendah, kemudian menghabiskan semua yang memiliki ubun-ubun". 

Secara makna, keduanya memiliki arti yang sama.

Kemudian raja berkata, "sungguh engkau tidak salah wahai Syiq dari semua itu, lalu apa takwilnya dari mimpi ini ?"

Syiq berkata, "aku bersumpah dengan apa yang ada di kedua padang batu ini dari seluruh manusia, niscaya tempat ini akan diduduki orang-orang Sudan, mereka akan mengalahkan dan membantai anak-anak kalian, dan kaum ini akan menguasai dari Abyan sampai Najran!".

Raja berkata, "demi bapakmu wahai Syiq, sungguh ini sangat menakutkan dan mengerikan, kapan ini terjadi ?, apakah dijaman ini atau setelahnya ?"

Syiq berkata, "tidak, bahkan setelah melewati beberapa waktu. Kemudian akan menolong kalian dan mengusir mereka orang yang memiliki kedudukan, dan akan dibantai mereka"

Berkata raja, "siapa yang dimaksud orang yang memiliki kedudukan tinggi itu ?", Syiq berkata, "seorang anak yang tidak tua dan tidak muda, yang akan keluar dari turunan Dzi Yazan, dan tidak akan disisakan seorangpun di Yaman".

Raja berkata, "apakah kekuasaannya akan berlangsung terus-menerus ataukah terputus ?"

Syiq berkata, "bahkan akan terputus oleh seorang rasul yang di utus, yang datang membawa kebenaran dan keadilan, diantara semua yang memiliki agama dan kemuliaan, dan akan terus berkuasa di kaumnya sampai hari perpisahan"

Raja berkata, "apa itu hari perpisahan ?"

Syiq berkata, "hari dibalasnya setiap orang dari segala perbuatan, dan diserunya setiap orang dari langit, dan didengarnya semua panggilan itu oleh semua orang yang hidup dan yang mati, dan dikumpulkannya manusia untuk satu waktu yang ditentukan, maka saat itu orang yang takwa akan mendapatkan kebaikan-kebaikan dan kemenangan".

Raja berkata, "apa benar yang kau katakan itu ?"

Syiq berkata, "sungguh demi penguasa langit dan bumi, dan apa yang diantara keduanya yang tinggi maupun yang rendah, apa yang aku katakan adalah benar tidak ada keraguan padanya"

Bagi Rabi'ah bin An-Nashr, mimpi yang dialaminya dan takwil yang dijelaskan oleh Sathikh dan Syiq sangat mempengaruhinya. 

Kegelisahan terus menyelimutinya sampai akhirnya dia mempersiapkan perbekalan dan dikumpulkannya seluruh keluarganya kemudian dibawanya ke 'Iraq. Dia juga sempat mengirim surat kepada raja-raja di Persia yang isinya menceritakan kekhawatiran tentang mimpinya, namun tidak ada yang mempercayainya.

Referensi : Kitab Tahdzib Sirah Ibnu Hisyam

No comments:

Post a Comment